Kegiatan wisata sejatinya memberikan kita kesempatan untuk merasakan, mengalami dan mengenali lebih dalam objek wisata serta denyut kehidupan warga di sekitar lokasi yang kita kunjungi.
Woles berasal dari kata walikan atau kebalikan kata ’slow’, yang kemudian dilafalkan dengan lidah jawa. Istilah woles ini awalnya populer di kalangan Kera Ngalam atau Arek Malang yang kerap menggunakan bahasa walikan.
Berangkat dari istilah ini, Si Woles mengajak para pelancong untuk berwisata dengan cara santai, pelan-pelan, dan tidak terburu waktu.
Esensi berwisata sendiri tidak sekedar mengunjungi objek wisata dan kemudian berfoto, seperti kecenderungan yang banyak terjadi akhir-akhir ini.
Kegiatan wisata sejatinya memberikan kita kesempatan untuk merasakan, mengalami dan mengenali lebih dalam objek wisata serta kehidupan warga di sekitar lokasi yang kita kunjungi.
Alhasil, sepulang dari berwisata, kita mendapatkan sejumlah kenangan ditambah bonus serangkaian kearifan dan nilai-nilai lokal yang dapat memperkaya khasanah berpikir. Bahkan bisa jadi berdampak pada perubahan gaya hidup.
Berbagai nilai tambah di atas hanya mungkin didapatkan jika kegiatan wisata dilakukan dengan cara yang woles, tidak terburu-buru apalagi ambisius mengunjungi sederetan objek wisata dalam waktu singkat.
Adapun cara yang ditawarkan Si Woles yaitu menjadi pelancong woles, berwisata mblasak-mblusuk ke sudut-sudut Kota Jogja dengan bersepeda.
Woles berasal dari kata walikan atau kebalikan kata ’slow’, yang kemudian dilafalkan dengan lidah jawa. Istilah woles ini awalnya populer di kalangan Kera Ngalam atau Arek Malang yang kerap menggunakan bahasa walikan.
Berangkat dari istilah ini, Si Woles mengajak para pelancong untuk berwisata dengan cara santai, pelan-pelan, dan tidak terburu waktu.
Esensi berwisata sendiri tidak sekedar mengunjungi objek wisata dan kemudian berfoto, seperti kecenderungan yang banyak terjadi akhir-akhir ini.
Kegiatan wisata sejatinya memberikan kita kesempatan untuk merasakan, mengalami dan mengenali lebih dalam objek wisata serta kehidupan warga di sekitar lokasi yang kita kunjungi.
Alhasil, sepulang dari berwisata, kita mendapatkan sejumlah kenangan ditambah bonus serangkaian kearifan dan nilai-nilai lokal yang dapat memperkaya khasanah berpikir. Bahkan bisa jadi berdampak pada perubahan gaya hidup.
Berbagai nilai tambah di atas hanya mungkin didapatkan jika kegiatan wisata dilakukan dengan cara yang woles, tidak terburu-buru apalagi ambisius mengunjungi sederetan objek wisata dalam waktu singkat.
Adapun cara yang ditawarkan Si Woles yaitu menjadi pelancong woles, berwisata mblasak-mblusuk ke sudut-sudut Kota Jogja dengan bersepeda.

Mengulik Jogja dengan bersepeda woles.
Dengan alat transportasi lambat ini, pelancong mempunyai cukup waktu untuk menangkap berbagai hal yang ditemui saat di jalan. Seperti arsitektur bangunan lawas, kedai yang menjajakan makanan khas, mural yang atraktif, atraksi musik/ seni jalanan, dan sekawanan burung Cangak Abu atau Sriti yang terbang melintas.
Sesuatu yang biasanya luput dari pandangan mata saat berwisata menggunakan alat transportasi cepat seperti mobil atau motor.
Sesuatu yang biasanya luput dari pandangan mata saat berwisata menggunakan alat transportasi cepat seperti mobil atau motor.
Dengan bersepeda pelancong bisa berhenti kapan pun ia mau, jika ingin menikmati lebih lama hal-hal yang menarik perhatiannya saat sedang melintas di jalan.
Berwisata dengan sepeda memungkinkan pelancong untuk mengulik berbagai sudut Kota Jogja. Mengingat tiap pelancong memiliki minat yang berbeda-beda, wisata sepeda memberikan tiap pelancong kesempatan untuk mencari dan mengeksplorasi secara mandiri lokasi-lokasi yang menarik bagi dirinya masing-masing.
Bahkan berwisata santai dengan sepeda, memungkinkan pelancong mempunyai cukup waktu untuk berinteraksi langsung dengan warga lokal guna mendapatkan kisah-kisah orisinil Jogja.
Misalnya kisah dibalik keberadaan deretan kedai gudeg di Jl. Wijilan, asal muasal tradisi untuk melintas di tengah pohon beringin di Alun-alun Kidul; kuliner favorit para pangeran keraton; keberadaan ruang-ruang rahasia pada bangunan lawas hingga kisah mistis di seputaran Jogja.
Berwisata dengan sepeda memungkinkan pelancong untuk mengulik berbagai sudut Kota Jogja. Mengingat tiap pelancong memiliki minat yang berbeda-beda, wisata sepeda memberikan tiap pelancong kesempatan untuk mencari dan mengeksplorasi secara mandiri lokasi-lokasi yang menarik bagi dirinya masing-masing.
Bahkan berwisata santai dengan sepeda, memungkinkan pelancong mempunyai cukup waktu untuk berinteraksi langsung dengan warga lokal guna mendapatkan kisah-kisah orisinil Jogja.
Misalnya kisah dibalik keberadaan deretan kedai gudeg di Jl. Wijilan, asal muasal tradisi untuk melintas di tengah pohon beringin di Alun-alun Kidul; kuliner favorit para pangeran keraton; keberadaan ruang-ruang rahasia pada bangunan lawas hingga kisah mistis di seputaran Jogja.

Balita pun bisa diajak bersepeda
Wisata sepeda lebih asyik jika dilakukan berdua atau dalam kelompok kecil, agar pelancong lebih bersemangat saat menggowes sepeda dan mengulik berbagai objek wisata di Jogja. Berwisata sepeda juga memungkinkan orang tua untuk memberikan pengalaman berbeda bagi anak-anaknya saat berwisata di tengah kota.
Bagi yang memiliki anak balita, Si Woles menyediakan boncengan sepeda khusus balita, agar sejak dini sang anak sudah terbiasa bersepeda.
Sesuai dengan falsafah Jogja yang sudah mulai ditinggalkan, yaitu ‘alon-alon waton kelakon’ (tidak perlu terburu-buru yang tujuan tercapai), maka Si Woles ingin mengajak para pelancong untuk mengalami langsung makna falsafah tersebut saat berwisata di Jogja.(sw)
Bagi yang memiliki anak balita, Si Woles menyediakan boncengan sepeda khusus balita, agar sejak dini sang anak sudah terbiasa bersepeda.
Sesuai dengan falsafah Jogja yang sudah mulai ditinggalkan, yaitu ‘alon-alon waton kelakon’ (tidak perlu terburu-buru yang tujuan tercapai), maka Si Woles ingin mengajak para pelancong untuk mengalami langsung makna falsafah tersebut saat berwisata di Jogja.(sw)