Si Woles: Sewa & Wisata Sepeda di Jogja
  • Beranda
  • Sewa sepeda
    • Jenis sepeda
    • Biaya sewa sepeda
    • Syarat & cara sewa sepeda
    • Antar jemput sepeda
  • Tentang kami
    • Kontak kami
  • ENGLISH

Tip Top, legenda es krim asli Yogyakarta

28/7/2012

0 Comments

 
Picture
Penasaran ingin mencicipi cita rasa es krim yang melegenda di Yogyakarta? 

Saat Anda menyusuri Jalan Mangkubumi, sempatkan untuk mampir di Tip Top ice cream. Mereka yang datang ke tempat ini, baik masyarakat Yogya ataupun wisatawan yang bertandang, rata-rata memang ingin menikmati cita rasa nostalgia. 

Bayangkan saja, es krim satu ini telah beroperasi sejak sebelum kemerdekaan. Tepatnya pada kurun waktu 1936. Praktis tapak sejarah Yogyakarta pun turut mewarnai kuliner khas yang telah memasuki masa generasi ketiga ini. 

Michael Parahita selaku generasi ketiga pengelola es krim tertua di Yogyakarta ini mengatakan konsep vintage tidak hanya dihadirkan lewat variasi menu. Dari sisi menu, kedai satu ini memilih resep tradisional dari Italia. Menu yang tanpa bahan pengawet memang membuat es krim menjadi mudah mencair. “Kita memiliki sekitara 50-an item menu es krim dengan gula asli dan tanpa pemanis buatan. Unggulan kita adalah soda, fosco dan Neapolitan,” ungkap Michael Sarahita yang digadang-gadang sebagai penerus bisnis keluarga tersebut. 

Cicipi pula menu tutty frutty. Syluuuurrrp..nikmat, berupa satu slices es krim berbentuk persegi berwarna pink yang pada bagian luarnya dilapisi es krim berwarna coklat. Tekstur es krimnya agak kasar, tidak selembut es krim pabrikan. Hmm, rasa tutty frutty-nya…krenyes-krenyes rasa misis, kismis dan sukadenya begitu terasa. 

Sementara rasa manis yang menjadi unsur utama dari semua es krimnya pun pas, tanpa meninggalkan sisa rasa di kerongkongan. Aroma coklat di lapisan luar tutty frutty sangat lembut. Demikian pula aroma buah pada bagian dalamnya yang berwarna pink juga demikian lembut. 

Kedai Ice Krim Tip Top yang terletak di Jl. P. Mangkubumi 24 atau tepatnya di sisi selatan Kantor Harian Umum Kedaulatan Rakyat ini membuka kedainya mulai jam 09.30-13.30 dan 17.00-21.30 WIB. Sedangkan pada hari Minggu kedai ini tutup. 

Kedai yang berjaya pada tahun 1960-1970-an ini pada masa itu merupakan kedai yang menjadi salah satu gaya hidup kaum berpunya atau kawula muda yang ingin menikmati gaya hidup modern yang boleh dibilang mewah. Pendeknya kedai ini menjadi salah satu simbol kemodernan di masa itu. Maklum saja karena es krim merupakan santapan baru, yang mewakili gaya santap orang Eropa/Amerika yang selalu diidentikkan dengan kemodernan atau kemajuan zaman yang serba wah.

Michael mengaku sepanjang sejarah usaha per-es krim-an yang telah dirintis oleh leluhurnya tidak pernah mendapatkan kendala yang berarti. Bahkan di musim penghujan pun kedainya tetap laris oleh pembeli. Bahkan hingga kini kedai ini sering dikunjungi pelanggan-pelanggan fanatisnya. Hari Minggu maupun malam Minggu merupakan hari-hari yang sibuk bagi kedai ini karena pada hari-hari semacam itu banyak pembeli datang. Umumnya mereka adalah keluarga atau kawula muda yang tengah berpacaran atau tengah mengadakan upaya-upaya pendekatan kepada pasangan yang diincarnya (pedekate). 

Keunikan lain dari kedai es krim ini adalah jam buka tutupnya. Pastinya jangan pernah berharap mencicipi kelezatan menu es krim Tip Top yang telah berusia 74 tahun ini antara pukul 13.30-17.00. Tip Top hanya buka pukul 09.00-13.30 dan dilanjutkan kembali pukul 17.00-21.00. Hari Minggu pun dipastikan bakal tutup. 

Michael Parahita selaku pewaris generasi ketiga es mengatakan Tip Top memang masih dijalankan layaknya bisnis keluarga. Hal yang diwariskan pun tak hanya menu es krim yang hand made, akan tetapi juga keunikan-keunikan lain yang terus terpelihara. Yang pasti, tak lengkap nostalgia Anda di Jogja tanpa menikmati kuliner unik yang menjadi legenda es krim di Yogyakarta ini. Harga di kisaran 10.000-33.000.

Jl. Mangkubumi No. 24 Yogyakarta 55232
Telepon : (0274) 7111700
Handphone : 081328771700
E-mail : icecreamtiptop@yahoo.com

Sumber: www.infowisatajogja.com


0 Comments

Wisata Goa Pindul dan Progo Rafting

28/7/2012

0 Comments

 
Picture
Banyak tempat yang bisa kita kunjungi di Wonosari Jawa Tengah, salah satunya Goa Pindul yang konon menurut cerita pemandu goa bahwa presiden SBY pernah "padusan" atau berendam di kolam ini dan sekarang beliau menjabat sebagai Presiden RI sebanyak 2 periode hingga sampai saat ini. 

Wisata ini ditempuh kurang lebih 2 jam dari Jogjakarta. 

Goa ini sepanjang 350 meter panjangnya dengan kedalaman air 10 meter di mana di dalamnya terdapat kegelapan abadi yang mengingatkan kita akan Tuhan yang menciptakan kita dengan panca indera mata yang lengkap dibanding saudara-saudara kita yang tidak seberuntung kita. 

Goa ini dihuni oleh banyak kelelawar dan goa ini mempunyai stalagmit terbesar ke 4 sedunia, ada kepercayaan tertentu ketika kita memegang stalagmit berbentuk seperti alat kelamin pria untuk yang pria dan seperti alat kelamin wanita untuk yang wanita maka akan menambah keperkasaan dan kesuburan. 

Kita akan dipandu oleh beberapa pemandu di mana ketika di dalam goa dilarang untuk berbicara kencang apalagi berbicara kasar karena itu sebuah pantangan ketika kita berada didalam goa. 

Ketika wisata goa ini berakhir maka tersedia baso komplit beserta teh hangat yang terbukti berhasil mengusir dinginnya air goa. Wisata Goa Pindul juga terdapat wisata arung jeram dan wisata goa yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Tarif ketiga wisata ini Rp 105.000,- per orang pada pertengahan tahun 2011

PROGO RAFTING

Wisata arung jeram yang terkenal di Magelang adalah Kali Progo karena terkenal dengan ombak arusnya yang menantang adrenalin. Arung jeram ini berdurasi 2 jam karena menempuh jarak 9 KM, apalagi didukung cuaca hujan dengan debit air pasti lebih tinggi dan didukung dengan track-track yang seru. 

Satu kapal minimal 5 orang, maximal 7 orang termasuk 1 pemandu, tak ada yang perlu ditakutkan dalam rafting ini, yang perlu ditakutkan adalah "ketagihan". Kali Progo lebih lebar dari kali Ello (untuk pemula), riak dan gelombang airnya lebih besar dari kali Ello, Jeram di Progo juga lebih menantang, kapal akan digulingkan untuk menambah keseruan rafting di track-track terakhir. Setelah rafting tersedia makan siang gratis dari penyelenggara.

Tarif rafting Progo Rp 100.000,- per orang pada tahun 2009, mungkin sekarang kurang lebih Rp 200.000,- per orang. Lokasi rafting dapat ditempuh kurang lebih 1,5 jam dari Jogjakarta.

Sumber: travel.detik.com, 16 November 2011

0 Comments

Pasar Beringharjo, pasar tradisional tempo dulu berdiri kokoh dengan keistimewaan batiknya

27/7/2012

0 Comments

 
Picture
Pasar beringharjo, Pasar yang terletak di jalan Pabringan no. 1, Selatan Malioboro Yogyakarta. Akses untuk ke Pasar Beringharjo dapat ditempuh dengan kendaran pribadi atau pun angkutan umum. Pasar yang letaknya strategis  berdekatan dengan Malioboro dan Benteng Vredeburg ini menjadikan Pasar Beringaharjo Banyak didatangi dan menjadi tujuan  wisatawan. Pasar yang dulu merupakan hutan beringin  yang tak lama setelah berdirinya Kasultanan Ngayogyakrta Hadiningrat pada tahun 1758 SM tempat ini menjadi tempat transaksi ekonomi warga Yogyakarta dan sekitarnya. Setelah lebih dari 167 tahun pasar ini akhirnya mempunyai bangunan permanen pada tahun 1925. Nama Beringharjo diberikan oleh Sultan Hamengku Buwono VIII yang artinya,” Bering, yang dulu hutan beringin, dan Harjo memberikan kesejahteraan” 

Picture
Pasar yang mempunyai bangunan terpisah, bagian Barat dan bangunan Timur. Bangunan Timur terdiri dari dua lantai, dan bagian Barat terdiri dari tiga lantai. Pintu masuk pasar Beringharjo menghadap ke Barat, mengahadap ke jalan Malioboro yang pintu masuknya bertuliskan Pasar Beringharjo dengan tulisan aksara jawa dan aksara latin. Masuk kedalam pasar, lantai dasar anda akan melihat ratusan penjual batik  dan ribuan produk batik, dalam bentuk bahan maupun sudah dalam bentuk siap pakai atau jadi. Batik yang berada di Pasar Beringharjo tidak hanya batik Yogyakarta dan Solo, batik Pekalongan pun  banyak terdapat di pasar ini, dari bahan katun maupun sutra dari berbagai warna dan motif, dari puluhan ribu sampai ratusan ribu tergantung dari jenis, bahan, ukuran dan motif.  Untuk batik dalam bentuk bahan terdapat dilantai dasar bagian barat sebelah Utara, sedangkan  untuk batik siap pakai terdapat dilantai dasar bagian Barat. Dilantai dasar bagian Barat ini tidak hanya menjual batik siap pakai saja,  blangkon, pakaian surjan,  tas, sarung tenun maupun sarung batik tersedia di los Barat. Bagi anda yang pandai tawar- menawar jangan malu- malu untuk menawar di pasar ini, diperbolehkan menawar dipasar ini, dengan anda pandai menawar, anda akan mendapatkan harga produk dengan harga miring. 

Picture
Naik kelantai dua, bau khas jejamuan. Dilantai ini merupakan sentra jamu, berbagai jenis bahan ramuan jamu, mulai dari kunyit, jahe, kunir dan rempah- rempah terdapat dilantai ini. Naik kelantai tiga bagian Timur anda bisa menemukan barang antik, dari mesin ketik tua sampai helm buatan tahun 60-an terdapat dilantai ini. Barang- barang Impor bekas dari Mancanegara seperti tas dan sepatu bekas, dengan kualitas masih terjaga juga terdapat dilantai ini, pintar- pintar anda memilih, anda akan mendapatkan barang kualitas bagus dengan harga yang murah. 

Picture
Kampung Pecinan yang berada disebelah Utara Pasar Beringharjo, bisa anda jadikan tempat selanjutnya untuk berburu barang tempo dulu. Uang lama tempo dulu dari berbagai negara  untuk anda para kolektor uang, tempat ini bisa anda datangi, juga anda bisa mencari kaset- kaset lagu tempo dulu, bagi anda yang ingin bernostalgi tahun 50-an, tempat Pecinan ini masih menyediakan. Meski Pasar Beringharjo tutup pukul.17.00, namun kawasan pasar Beringharjo ini tidak pernah sepi dari orang- orang, lokasinya yang berhadapan dengan Malioboro, menjadikan tempat ini tak pernah sepi sampai larut malam. Bagi anda yang masih berada dikawasan pasar Beringharjo pada malam hari, jangan kwatir, karena dikawasan Pasar Beringharjo banyak penjual makanan, seperti martabak, kue terang bulan, angkringan, gudeg jogja dan masih banyak kuliner yang dijajakan.

Tidak dikenakan biaya apapun untuk masuk kedalam Pasar Beringharjo. [Daniel Kurniawan]

Sumber: yogyakarta.panduanwisata.com, 27 April 2012 

0 Comments

Yogya kembangkan wisata berbasis sungai 

27/7/2012

3 Comments

 
Picture
Perumahan warga bantaran Sungai Code terlihat dari jembatan Gondolayu Yogyakarta. TEMPO/Arif Wibowo


















TEMPO.CO
, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta mulai mengembangkan gagasan wisata berbasis sungai untuk menambah jumlah tempat tujuan wisata di wilayahnya. “(Pengembangan wisata) sekarang museum dan kampung wisata,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Yulia Rustianingsih seusai pembukaan Festival Jogja X Jogo di Kampung Serangan, Kelurahan Notoprajan, Kecamatan Ngampilan, Minggu, 25 Maret 2012.

Notoprajan merupakan satu di antara sembilan kampung wisata di Yogyakarta. Terletak di sisi Sungai Winongo, pemerintah membangun ruang terbuka hijau di satu sisi bantaran. Adapun di seberangnya terdapat sebuah panggung pementasan. Pada hari-hari tertentu, semisal Ahad ini, masyarakat menggelar pementasan berbagai kesenian dalam festival.

Selain Sungai Winongo, kata Yulia, fokus pengembangan wisata sungai juga difokuskan di bantaran Sungai Code. Di antara kampung wisata yang berada di sekitar sungai itu adalah Cokrodiningratan dan Brontokusuman. “Ada forum pegiat pariwisata di masing-masing kecamatan,” katanya menjelaskan konsep pengembangan wisata sungai itu.

Harus diakui, lanjut dia, sebagai kota tujuan wisata, tempat favorit bagi wisatawan di Yogyakarta adalah Malioboro dan Keraton Yogyakarta. Karena itu, pemerintah perlu gagasan jenis wisata baru untuk pengembangan wisata di Yogyakarta.

Giyatno, 52 tahun, seorang warga Kampung Serangan, mengatakan Sungai Winongo sekarang jauh lebih dangkal dari sekitar 30 tahun lalu. Airnya pun lebih jernih. Aktivitas mandi dan mencuci hingga mencari ikan masih bisa dilakukan saat itu. “Dulu segini,” kata lelaki kelahiran 1960 itu mengangkat tangan di depan dada untuk menggambarkan kedalaman sungai.

Namun kini, kedalaman sungai tak lebih dari pinggul orang dewasa. Bahkan, di beberapa titik, airnya hanya setinggi lutut. “Penduduk makin padat, orang banyak membuang sampah di sungai,” kata Ngajiman, 70 tahun, seorang warga yang lain.

Praktis, sambung lelaki kelahiran 1942 itu, aktivitas rumah tangga dan ekonomi pun tak lagi bisa dilakukan di Sungai Winongo. Sebaliknya, untuk mandi sehari-hari, ia harus membayar rata-rata Rp 60 ribu per bulan untuk tagihan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). “Kalau ada seperti ini (ruang terbuka hijau), setidaknya ada penghasilan tambahan,” katanya.

Di sekitar ruang terbuka yang dibangun, kini berdiri bedeng semi-permanen yang bisa digunakan warga untuk berjualan makanan dan minuman. “Sungai tak hanya mendatangkan tuya (air), tapi jugaarta (uang),” kata Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti. (Anang Zakaria)

Sumber: www.tempo.co, 25 Maret 2012

3 Comments

Hmmm, lezatnya krispi rumput laut dari Pantai Kukup

27/7/2012

0 Comments

 
Picture
Mujiyanto, warga kawasan Pantai Kukup, tengah menjemur rumput laut ulfa. Rumput laut ini antara lain diolah menjadi makanan ringan. (JIBI/Harian Jogja/Apriliana Sasanti)
[Harian Jogja.com] Pantai Kukup, salah satu pantai wisata yang indah di wilayah Kabupaten Gunungkidul, DIY, sudah cukup dikenal. Namun yang mungkin belum banyak dikenal orang adalah makanan khas dari pantai ini yaitu keripik rumput laut yang sering juga disebut krispi rumput laut. 

Rumput laut yang dipakai adalah rumput laut jenis ulfa. Selama musim kemarau masyarakat yang tinggal di sekitar pantai ini biasa memanen rumput laut tersebut. Dalam satu bulan, mereka bisa mengambil rumput laut basah hingga 2-3 kali pengambilan di bibir pantai sejauh 15 -50 meter. “Dalam setahun, hanya ada 3 musim panen rumput laut ini, itu pun pas musim kemarau saja. Pengambilan tidak bisa setiap hari karena menunggu rumput laut itu untuk tumbuh lagi sebelum bisa dipanen lagi. Warga biasanya mengambil saat laut sedang surut,” jelas Mujiyanto, salah satu warga pemanen rumput laut.

Mujiyanto menambahkan, dalam sekali pengambilan ia bisa mengambil 1,5 kuintal rumput laut basah. Setelah dijemur selama 1 hari, bobot tersebut susut hingga menjadi 25 kilogram saja. Setiap kilonya, Mujiyanto menjual rumput laut keringnya seharga Rp.40.000. Awalnya, masyarakat sekitar hanya memanfaatkan rumput laut untuk pakan ikan dalam memancing saja. Namun setelah kelompok mahasiswa dari UGM memperkenalkan potensi rumput laut kepada warga sekitar 2006 lalu, rumput laut itu kini menjadi salah satu kuliner khas pantai.

“Kami menyebutnya krispi rumput laut. Harganya dari Rp.1000 sampai Rp.5000 per bungkusnya. Krispi rumput laut ini menjadi salah satu makanan laut terlaris yang digemari wisatawan,” jelas Sumarni, salah satu pedagang krispi rumput laut di kawasan Pantai Kukup.

Desi, salah satu wisatawan mengungkapkan, selain harganya yang terjangkau, krispi rumput laut juga cocok untuk lauk karena rasanya yang gurih dan asin. Ia dan beberapa wisatawan lainnya bahkan memborong krispi tersebut untuk dibawa pulang. “Selain murah, juga renyah dan rasanya gurih agak asin, pas banget untuk teman makan nasi ataupun untuk camilan,” kata wisatawan asal Solo itu.

Rumput laut yang diambil warga itu memang bukan hasil budi daya. Warga hanya memanen rumput laut yang sudah tumbuh alami di bibir pantai. “Ada wilayah tertentu yang rumput lautnya boleh diambil warga dan ada wilayah khusus yang digunakan untuk wilayah konservasi rumput laut ulfa. Di wilayah konservasi tersebut, kami dilarang mengambil rumput laut,” tambah Mujiyanto yang juga Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas Pantai Kukup itu. [Apriliana Susanti] 

Sumber: www.harianjogja.com, 13 Juli 2012
0 Comments

Nasi goreng Beringharjo 

27/7/2012

0 Comments

 
Picture
Kelezatan Kuliner Jawa Cina 

[Yogyes.com] - Nasi Goreng Beringharjo, kini bisa dijumpai di Jalan Mataram, tepat di pertigaan ketiga sebelah kiri jalan yang menuju ke pasar bersejarah di Yogyakarta itu. Sebelum penghujung tahun 2004, tepatnya sebelum ada pembersihan pedagang kaki lima di wilayah tersebut, nasi goreng itu bisa ditemui di pertigaan menuju kawasan Shopping yang kini dirombak menjadi Taman Pintar, Taman Budaya Yogyakarta dan Pusat Penjualan Buku.

Nasi goreng ini adalah salah satu yang pantas dicicipi sebab kelezatannya telah diakui banyak orang dan dikenal sejak tahun 1960-an, saat sang penjual memulai bisnisnya. Tak perlu menunggu lama jika hendak mencicipinya, sebab penjual biasanya memasak nasi goreng langsung dalam jumlah besar sehingga bisa dihidangkan dalam waktu cepat. Anda bisa datang mulai pukul 18.00 WIB hingga sekitar pukul 23.00 WIB bila ingin mencicipinya, serta bisa memilih ingin duduk lesehan atau di kursi yang tersedia.

Menyantap nasi goreng ini, anda akan merasa seperti mendengarkan sepiring cerita tentang akulturasi Jawa Cina. Jenis masakan nasi goreng sendiri misalnya, sebenarnya berasal dari daratan Cina yang kemudian 'bermigrasi' ke Indonesia. Mulanya, nasi goreng muncul dari tradisi bangsa Cina yang tak ingin membuang nasi sisa, sehingga nasi tersebut diolah dengan bumbu-bumbu yang tersedia, seperti bawang merah, bawang putih dan kecap. Ketika bangsa Cina mulai berdatangan ke Indonesia, masakan itu pun mulai dikenal oleh warga negara Indonesia dan berangsur menjadi satu dengan masakan Indonesia sendiri. 

Bukti akulturasinya adalah adanya berbagai variasi nasi goreng, mulai nasi goreng ayam, nasi goreng sea food, nasi goreng kambing, bahkan nasi goreng pete yang notabene bumbu khas Indonesia. Rasanya pun bermacam-macam, ada yang lebih menonjolkan citarasa bawang putih, ada pula yang menonjolkan citarasa bahan tambahannya, misalnya ayam. Nasi goreng Beringharjo memilih memasak nasi goreng ayam dan babi.

Bicara tentang kecap sebagai salah satu bumbunya, itu pun menyimpan cerita tentang penyesuaian bangsa Cina ketika tinggal di Jawa. Kecap, sebenarnya bernama kie tjap, dibuat dari sari ikan yang difermentasikan. Ketika bangsa Cina tinggal di Jawa dan menemukan bahwa kedelai lebih murah dibandingkan ikan, bahan baku pembuatan kie tjap pun diubah menjadi dari kedelai. Akibatnya, kie tjap pun tidak lagi memiliki citarasa ikan, tetapi hanya berasa manis untuk kecap manis, begitu pula nasi goreng. Citarasa bawang putih yang sangat kuat pun juga menjadi ciri masakan-masakan yang berasal dari Cina.

Meski akibat akulturasi itu terdapat banyak sekali nasi goreng di hampir setiap sudut gang, Nasi Goreng Beringharjo tetap memiliki kekhasan. Proses memasak misalnya, tak seperti nasi goreng lain yang memasak dalam jumlah kecil. Sekali masak, penjual bisa menuangkan nasi sebanyak setengah bakul di wajan super besar yang telah diisi oleh bumbu khusus. Disebut bumbu khusus karena ia tak lagi meracik di tempat penjualan, tetapi sudah dalam bentuk campuran yang siap untuk melezatkan nasi goreng.

Daging ayam atau babi ditambahkan pada saat nasi goreng telah ditaruh dalam piring. Selain itu, ditambahkan pula beberapa iris tomat, kol, daun seledri, telur dadar bulat dan acar sebagai pelengkap. Sepiring nasi goreng berharga Rp 5.000,00 untuk daging ayam dan Rp 6.000,00 untuk daging babi. Karena lezat, banyak pengunjung memesan nasi dalam porsi yang lebih besar, mulai dari 1,5 hingga 2 porsi langsung untuk satu orang.

Rasa nasi goreng ini bisa dikatakan pas, tak terlalu manis juga tidak terlalu asin. Aroma bawang putihnya tak begitu kuat namun tetap terasa. Nah, bagaimana, tertarik mencicipinya? Selain nasi goreng, tersedia juga bakmi dan bihun serta babi kecap yang tak kalah nikmat.

Sumber: www.yogyes.com
0 Comments

Puluhan becak gelar pawai simpatik keliling Yogyakarta

21/7/2012

0 Comments

 
Picture
Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin mengikut pawai becak simpatik. (Foto ANTARA/Eka Arifa.)
Jogja (ANTARA Jogja) - Puluhan pengemudi becak yang tergabung dalam Persatuan Pengemudi Becak Ahmad Dahlan menggelar pawai simpatik keliling Kota Yogyakarta bersama Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin, Minggu, dimulai dari halaman Dinas Pariwisata DIY.

"Kegiatan pawai simpatik becak ini memiliki makna simbolik, yaitu keberadaan becak harus tetap dipertahankan, sekaligus sebagai keberpihakan kami kepada masyarakat," kata Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin sebelum melepas pawai di Yogyakarta.

Menurut Din, keberadaan becak di Kota Yogyakarta juga memiliki arti penting untuk mendukung perkembangan pariwisata di kota tersebut.

Ia pun berpesan agar siapapun kepala daerah yang memimpin Kota Yogyakarta tidak menggusur keberadaan becak, tetapi justru mempertahankannya atau bahkan jika memungkinkan memberikan fasilitas dan kemudahan bagi becak untuk tetap bisa mendukung sektor wisata.

Dalam kesempatan tersebut, Din yang mengenakan kemeja batik lengan panjang juga mencoba mengayuh becak. Ia mengakui, untuk mengayuh becak dibutuhkan tenaga yang kuat karena sangat berat.

"Sebenarnya, tarif becak itu sangat murah apabila dibanding dengan energi yang harus dikeluarkan pengemudi becak untuk mengantarkan penumpang ke tujuan," katanya.

Namun demikian, ia berharap agar seluruh pengemudi becak bisa tetap bersyukur dengan penghasilan yang diperoleh, meskipun tidak terlalu besar antara Rp30.000 hingga Rp50.000 per hari.

Sementara itu, perwakilan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah Ahmad Maruf mengatakan, kegiatan pawai simpatik becak tersebut merupakan bagian untuk mempromosikan pemberdayaan masyarakat sekaligus untuk menekankan bahwa becak merupakan kendaraan yang ramah lingkungan dan humanis.

"Becak ini tetap harus dilestarikan sebagai sarana transportasi. Bagaimanapun juga, keberadaannya tidak terpisahkan dari kenyataan yang ada di Kota Yogyakarta," katanya.

Sedangkan Ketua Persatuan Pengemudi Becak Ahmad Dahlan (Pabelan) Edi mengatakan, berterima kasih atas binaan yang telah dilakukan oleh MPM Muhammadiyah, dan berharap tetap terus didampingi.

Selain diikuti oleh pengurus Muhammadiyah, kegiatan pawai simpatik tersebut juga diikuti Dimas dan Diajeng Kota Yogyakarta yang juga ikut berkeliling naik becak. 

Sumber: www.antarayogya.com, 15 Juli 2012

0 Comments

Tugu Jogja, landmark Kota Jogja yang paling terkenal

20/7/2012

0 Comments

 
Picture
Tugu Jogja memendam makna filosofis tentang semangat perlawanan atas penjajahan dan kini menjadi landmark yang sangat lekat dengan Kota Jogja. Ada juga tradisi memeluk atau mencium tugu ini ketika lulus kuliah. 

Tugu Jogja merupakan landmark Kota Yogyakarta yang paling terkenal. Monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Diponegoro. Tugu Jogja yang berusia hampir 3 abad memiliki makna yang dalam sekaligus menyimpan beberapa rekaman sejarah kota Yogyakarta. 
Tugu Jogja kira-kira didirikan setahun setelah Kraton Yogyakarta berdiri. Pada saat awal berdirinya, bangunan ini secara tegas menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Semangat persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada bangunan tugu, tiangnya berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), sehingga disebut Tugu Golong-Gilig.

Secara rinci, bangunan Tugu Jogja saat awal dibangun berbentuk tiang silinder yang mengerucut ke atas. Bagian dasarnya berupa pagar yang melingkar sementara bagian puncaknya berbentuk bulat. Ketinggian bangunan tugu pada awalnya mencapai 25 meter.

Semuanya berubah pada tanggal 10 Juni 1867. Gempa yang mengguncang Yogyakarta saat itu membuat bangunan tugu runtuh. Bisa dikatakan, saat tugu runtuh ini merupakan keadaan transisi, sebelum makna persatuan benar-benar tak tercermin pada bangunan tugu.

Keadaan benar-benar berubah pada tahun 1889, saat pemerintah Belanda merenovasi bangunan tugu. Tugu dibuat dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu. Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Ketinggian bangunan juga menjadi lebih rendah, hanya setinggi 15 meter atau 10 meter lebih rendah dari bangunan semula. Sejak saat itu, tugu ini disebut juga sebagai De Witt Paal atau Tugu Pal Putih.

Perombakan bangunan itu sebenarnya merupakan taktik Belanda untuk mengikis persatuan antara rakyat dan raja. Namun, melihat perjuangan rakyat dan raja di Yogyakarta yang berlangsung sesudahnya, bisa diketahui bahwa upaya itu tidak berhasil.

Bila anda ingin memandang Tugu Jogja sepuasnya sambil mengenang makna filosofisnya, tersedia bangku yang menghadap ke tugu di pojok Jl. Pangeran Mangkubumi. Pukul 05.00 - 06.00 pagi hari merupakan saat yang tepat, saat udara masih segar dan belum banyak kendaraan bermotor yang lalu lalang. Sesekali mungkin anda akan disapa dengan senyum ramah loper koran yang hendak menuju kantor sirkulasi harian Kedaulatan Rakyat.

Sore hingga tengah malam, ada penjual gudeg (masakan khas Yogyakarta) di pojok Jl. Diponegoro. Gudeg di sini terkenal enak dan harganya wajar. Anda bisa makan secara lesehan sambil menikmati pemandangan ke arah Tugu Jogja yang sedang bermandikan cahaya.

Begitu identiknya Tugu Jogja dengan Kota Yogyakarta, membuat banyak mahasiswa perantau mengungkapkan rasa senangnya setelah dinyatakan lulus kuliah dengan memeluk atau mencium Tugu Jogja. Mungkin hal itu juga sebagai ungkapan sayang kepada Kota Yogyakarta yang akan segera ditinggalkannya, sekaligus ikrar bahwa suatu saat nanti ia pasti akan mengunjungi kota tercinta ini lagi.

Sumber: www.yogyes.com

0 Comments

    Wisata di Jogja

    Berisi tulisan seputar pariwisata di Jogja yang diambil dari berbagai sumber. Bisa menjadi acuan tujuan wisata bagi para pelancong yang sedang singgah.

    Arsip

    February 2013
    September 2012
    August 2012
    July 2012

    Kategori berita

    All
    Transportasi Jogja
    Wisata Alam
    Wisata Budaya
    Wisata Candi
    Wisata Kota
    Wisata Kuliner
    Wisata Sejarah

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.