Si Woles: Sewa & Wisata Sepeda di Jogja
  • Beranda
  • Sewa sepeda
    • Jenis sepeda
    • Biaya sewa sepeda
    • Syarat & cara sewa sepeda
    • Antar jemput sepeda
  • Tentang kami
    • Kontak kami
  • ENGLISH

Menelisik Sejarah Kampung Bakpia Pathuk Yogyakarta

6/9/2012

0 Comments

 
Picture
Bakpia Pathuk diolah dan dikemas di sebuah pabrik kecil rumahan oleh tangan-tangan terampil pekerjanya. Pembeli yang ingin membeli bakpia hangat lebih memilih datang langsung ke sana. (Filmon Warouw/Fotokita.net)
Bila Anda berwisata ke Yogyakarta, mungkin kampung satu ini tidak pernah luput untuk dikunjungi. Kampung Pathuk, begitulah namanya. Kampung ini terkenal sebagai sentra bakpia yang merupakan oleh-oleh khas Daerah Istimewa Yogyakarta.

Melihat latar belakang sejarahnya, bakpia sebenarnya berasal dari negeri China. Di sana, kue ini bernama Tou Luk Pia yang artinya adalah kue pia (kue) kacang hijau. Munculnya bakpia di Yogyakarta tidak terlepas dari kampung Pathuk Yogyakarta. Bakpia mulai diproduksi di kampung tersebut sekitar tahun 1948 dengan peminat yang masih sangat terbatas.

Pemilik Bakpia Pathuk Djava Fendy Sanjaya dan Wieke Sutanto mengatakan, tahun 1980-an pembuatan bakpia di kampung Pathuk mulai berkembang. Fendy yang merupakan keturunan dari pemilik "Bakpia 25" menceritakan bahwa pada tahun tersebut hanya keluarganyalah yang berbisnis kue bakpia ini. Waktu itu, bakpia masih diperdagangkan secara eceran dan dikemas dalam besek.

“Kira-kira tahun 1990-an, bakpia Yogyakarta mulai dikenal dan peminat meningkat. Hal ini seiring diangkatnya icon Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata,” papar Fendy di Yogyakarta, Selasa(7/8).

Sejak kunjungan wisata meningkat, warga Pathuk pun mulai belajar untuk membuat bakpia. Untuk membedakan bakpia mereka, maka bakpia diberi nama sesuai dengan nomor rumah. Maka jangan heran, bila nama-nama bakpia di Yogyakarta berisi angka-angka. Akhirnya Kampung Pathuk mulai dikenal sebagai sentra pembuatan bakpia.

Sementara itu, Fendy lebih memilih menamakan bakpianya dengan "Bakpia Djava" lantaran ingin keluar dari pakem yang berkembang selama ini. Kata "Djava" merujuk pada makanan khas dari Jawa yang diolah dengan resep tradisional tempo dulu.

Lebih lanjut Fendy mengatakan bahwa peminat bakpia terus meningkat hingga sekarang ini. Bahkan tak hanya peminatnya, namun cita rasanya pun kian beragam. Ada kacang hijau, keju, coklat, kumbu (kacang merah), durian, nanas. Kemasan bakpia pun tidak lagi menggunakan besek, melainkan dikemas dalam kertas karton dan diberi label sendiri-sendiri.

Fendy menambahkan saat ini pihaknya juga membuka gerai khusus di mana dalam gerai tersebut pembeli secara langsung dapat melihat pembuatan bakpia. Gerai ini diletakkan di dalam tokonya sehingga pembeli bisa mampir untuk melihat bahkan ikut membuat bakpia secara langsung.

“Pengembangan bisnis bakpia ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pembeli. Pembeli tidak hanya bisa merasakan bakpia, namun juga perlu tahu pembuatannya,” katanya.

Rere, salah satu wisatawan asal Surabaya mengatakan bahwa bakpia memang menjadi oleh-oleh khas dari Yogyakarta yang selalu dicarinya ketika ke Yogyakarta. Menurutnya bakpia memiliki cita rasa enak, gurih, dan empuk.

“Varian rasa bakpia saat ini beragam sehingga tidak menyulitkan pembeli untuk memilih. Namun, rasa kacang hijau memang masih menjadi favorit,” paparnya.

Terkait dengan gerai khusus yang disediakan pembeli untuk melihat pembuatan langsung bakpia, ia mengaku cukup senang. Dengan gerai tersebut, pengetahuan pembeli tentang bakpia kian bertambah. Tak hanya itu, gerai ini juga bisa membuat pembeli makin mencintai produk lokal. 

Sumber: National Geographic Indonesia, 8 Agustus 2012
0 Comments

Museum Batik Jogja Koleksi 1000 Batik

6/9/2012

0 Comments

 
Picture
Museum Batik Yogyakarta saat ini mengoleksi sekitar 1.000 jenis kain batik dari berbagai daerah di Pulau Jawa.

"Museum ini menyimpan koleksi beragam jenis, corak, dan motif kain batik yang dibuat sejumlah perajin di berbagai daerah di Pulau Jawa," kata pengelola Museum Batik Yogyakarta Prayogo, di Yogyakarta, Sabtu.

Ia mengatakan museum batik ini menyimpan sejumlah koleksi kain batik yang unik dari para perajin batik tulis yang menonjolkan motif dan desain yang masih langka di pasaran.

"Museum batik ini menyimpan koleksi kain batik tulis dari sejumlah daerah di Pulau Jawa di antaranya Solo, Lasem, Pekalongan, dan Yogyakarta sendiri," katanya.

Menurut dia, dari sejumlah koleksi tersebut, koleksi yang tertua adalah kain batik yang dibuat pada 1700, dan termuda adalah koleksi kain batik yang dibuat pada 1960.

Prayogo mengatakan semua koleksi kain batik di museum ini adalah batik tulis. "Jenis kain batik yang dikoleksi di sini terdiri atas kain batik yang biasa dipakai pada hari biasa, atau keseharian, dan batik khusus untuk upacara pernikahan," katanya.

Ia mengatakan pengunjung museum ini tidak hanya diperkenalkan dengan koleksi kain batik yang dibuat ratusan dan puluhan tahun lalu, tetapai juga diperkenalkan mengenai motif-motifnya. "Kami juga memberi penjelasan kepada para pengunjung tentang jenis-jenis kain batik, serta motif dan tekstur membatik yang halus, sehingga pengunjung yang kebetulan perajin batik dapat mempelajarinya, serta menerapkannya dalam membatik," katanya.

Menurut dia, tidak semua jenis kain batik layak dimasukkan ke museum. "Syarat kain batik dapat dimuseumkan antara lain telah berumur 50 tahun," katanya.

Sehingga, kata Prayogo, pihaknya tidak asal ambil kain batik dari para perajin untuk dikoleksi, tetapi harus dipertimbangkan dengan beberapa persyaratan yang telah ditentukan.

Ia mengatakan dengan adanya museum batik diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk ikut menjaga dan melestarikan kerajinan batik.

Sumber: KOMPAS.com, 10 Oktober 2010

0 Comments

Grebeg Syawal, Ritual Sedekah Bumi Keraton Yogyakarta

1/9/2012

0 Comments

 
Picture
Bagi warga Yogyakarta, perayaan Idul Fitri tak hanya dirayakan dengan acara temu keluarga besar atau saling bermaaf-maafan saja.  Namun,hari besar kemenangan ini dirayakan meriah oleh seluruh masyarakat yang ada di Yogyakarta baik penduduk asli maupun wisatawan dengan upacara tradisional Grebeg Syawal.

Perayaan Grebeg Syawal di Yogyakarta dilaksanakan untuk menyambut 1 Syawal 1432 Hijriah yang bertepatan dengan perayaan Idul Fitri 2011. Grebeg ini merupakan grebeg kedua di tahun ini setelah Grebeg Mulud dilakukan. Grebeg Mulud adalah  peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Prosesi grebeg yang berlangsung pada Rabu (31/8) ini  dilakukan dengan membawa  gunungan berisi hasil bumi dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.Pengarakan gunungan ini dipimpin oleh Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) H. Yudaningrat diikuti 10 bergodo (pasukan keraton).

Setelah  didoakan,gunungan diarak menuju Alun-Alun Utara dan disambut dengan tembakan salvo. Selanjutnya gunungan yang dikenal dengan nama Gunungan Lanang ini akan diperebutkan oleh masyarakat yang hadir.Menurut kepercayaan, mereka yang berhasil memperoleh hasil bumi dari gunungan akan mendapatkan berkah dari Yang Maha Kuasa.

Tradisi ini dilaksanakan secara turun temurun dan tidak lepas dari pengaruh Islam di Jawa. Grebeg ini sebagai wujud ucapan terima kasih pada Tuhan karena telah berhasil menjalankan ibadah puasa selama 1 bulan serta ritual  menyambut tahun baru hijriah atau Islam.

Tradisi yang menjadi salah satu keistimewaan Yogyakarta ini akhirnya bisa menunjukkan bahwa keraton Yogyakarta tak sekedar menjalankan fungsi negara,melainkan juga fungsi keagamaan. Keistimewaan tradisi ini pun terlihat ketika masyarakat bisa menyaksikan secara langsung para abdi dalem keraton yang membawa gunungan ini.

Sementara itu, setelah tradisi grebeg mulud dan  syawal dilakukan,warga Yogyakarta akan mengadakan Grebeg Besar pada perayaan Idul Adha mendatang.


Sumber: National Geographic Indonesia

0 Comments

    Wisata di Jogja

    Berisi tulisan seputar pariwisata di Jogja yang diambil dari berbagai sumber. Bisa menjadi acuan tujuan wisata bagi para pelancong yang sedang singgah.

    Arsip

    February 2013
    September 2012
    August 2012
    July 2012

    Kategori berita

    All
    Transportasi Jogja
    Wisata Alam
    Wisata Budaya
    Wisata Candi
    Wisata Kota
    Wisata Kuliner
    Wisata Sejarah

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.