Si Woles: Sewa & Wisata Sepeda di Jogja
  • Beranda
  • Sewa sepeda
    • Jenis sepeda
    • Biaya sewa sepeda
    • Syarat & cara sewa sepeda
    • Antar jemput sepeda
  • Tentang kami
    • Kontak kami
  • ENGLISH

Wisata Goa Pindul dan Progo Rafting

28/7/2012

0 Comments

 
Picture
Banyak tempat yang bisa kita kunjungi di Wonosari Jawa Tengah, salah satunya Goa Pindul yang konon menurut cerita pemandu goa bahwa presiden SBY pernah "padusan" atau berendam di kolam ini dan sekarang beliau menjabat sebagai Presiden RI sebanyak 2 periode hingga sampai saat ini. 

Wisata ini ditempuh kurang lebih 2 jam dari Jogjakarta. 

Goa ini sepanjang 350 meter panjangnya dengan kedalaman air 10 meter di mana di dalamnya terdapat kegelapan abadi yang mengingatkan kita akan Tuhan yang menciptakan kita dengan panca indera mata yang lengkap dibanding saudara-saudara kita yang tidak seberuntung kita. 

Goa ini dihuni oleh banyak kelelawar dan goa ini mempunyai stalagmit terbesar ke 4 sedunia, ada kepercayaan tertentu ketika kita memegang stalagmit berbentuk seperti alat kelamin pria untuk yang pria dan seperti alat kelamin wanita untuk yang wanita maka akan menambah keperkasaan dan kesuburan. 

Kita akan dipandu oleh beberapa pemandu di mana ketika di dalam goa dilarang untuk berbicara kencang apalagi berbicara kasar karena itu sebuah pantangan ketika kita berada didalam goa. 

Ketika wisata goa ini berakhir maka tersedia baso komplit beserta teh hangat yang terbukti berhasil mengusir dinginnya air goa. Wisata Goa Pindul juga terdapat wisata arung jeram dan wisata goa yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Tarif ketiga wisata ini Rp 105.000,- per orang pada pertengahan tahun 2011

PROGO RAFTING

Wisata arung jeram yang terkenal di Magelang adalah Kali Progo karena terkenal dengan ombak arusnya yang menantang adrenalin. Arung jeram ini berdurasi 2 jam karena menempuh jarak 9 KM, apalagi didukung cuaca hujan dengan debit air pasti lebih tinggi dan didukung dengan track-track yang seru. 

Satu kapal minimal 5 orang, maximal 7 orang termasuk 1 pemandu, tak ada yang perlu ditakutkan dalam rafting ini, yang perlu ditakutkan adalah "ketagihan". Kali Progo lebih lebar dari kali Ello (untuk pemula), riak dan gelombang airnya lebih besar dari kali Ello, Jeram di Progo juga lebih menantang, kapal akan digulingkan untuk menambah keseruan rafting di track-track terakhir. Setelah rafting tersedia makan siang gratis dari penyelenggara.

Tarif rafting Progo Rp 100.000,- per orang pada tahun 2009, mungkin sekarang kurang lebih Rp 200.000,- per orang. Lokasi rafting dapat ditempuh kurang lebih 1,5 jam dari Jogjakarta.

Sumber: travel.detik.com, 16 November 2011

0 Comments

Yogya kembangkan wisata berbasis sungaiĀ 

27/7/2012

3 Comments

 
Picture
Perumahan warga bantaran Sungai Code terlihat dari jembatan Gondolayu Yogyakarta. TEMPO/Arif Wibowo


















TEMPO.CO
, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta mulai mengembangkan gagasan wisata berbasis sungai untuk menambah jumlah tempat tujuan wisata di wilayahnya. “(Pengembangan wisata) sekarang museum dan kampung wisata,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Yulia Rustianingsih seusai pembukaan Festival Jogja X Jogo di Kampung Serangan, Kelurahan Notoprajan, Kecamatan Ngampilan, Minggu, 25 Maret 2012.

Notoprajan merupakan satu di antara sembilan kampung wisata di Yogyakarta. Terletak di sisi Sungai Winongo, pemerintah membangun ruang terbuka hijau di satu sisi bantaran. Adapun di seberangnya terdapat sebuah panggung pementasan. Pada hari-hari tertentu, semisal Ahad ini, masyarakat menggelar pementasan berbagai kesenian dalam festival.

Selain Sungai Winongo, kata Yulia, fokus pengembangan wisata sungai juga difokuskan di bantaran Sungai Code. Di antara kampung wisata yang berada di sekitar sungai itu adalah Cokrodiningratan dan Brontokusuman. “Ada forum pegiat pariwisata di masing-masing kecamatan,” katanya menjelaskan konsep pengembangan wisata sungai itu.

Harus diakui, lanjut dia, sebagai kota tujuan wisata, tempat favorit bagi wisatawan di Yogyakarta adalah Malioboro dan Keraton Yogyakarta. Karena itu, pemerintah perlu gagasan jenis wisata baru untuk pengembangan wisata di Yogyakarta.

Giyatno, 52 tahun, seorang warga Kampung Serangan, mengatakan Sungai Winongo sekarang jauh lebih dangkal dari sekitar 30 tahun lalu. Airnya pun lebih jernih. Aktivitas mandi dan mencuci hingga mencari ikan masih bisa dilakukan saat itu. “Dulu segini,” kata lelaki kelahiran 1960 itu mengangkat tangan di depan dada untuk menggambarkan kedalaman sungai.

Namun kini, kedalaman sungai tak lebih dari pinggul orang dewasa. Bahkan, di beberapa titik, airnya hanya setinggi lutut. “Penduduk makin padat, orang banyak membuang sampah di sungai,” kata Ngajiman, 70 tahun, seorang warga yang lain.

Praktis, sambung lelaki kelahiran 1942 itu, aktivitas rumah tangga dan ekonomi pun tak lagi bisa dilakukan di Sungai Winongo. Sebaliknya, untuk mandi sehari-hari, ia harus membayar rata-rata Rp 60 ribu per bulan untuk tagihan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). “Kalau ada seperti ini (ruang terbuka hijau), setidaknya ada penghasilan tambahan,” katanya.

Di sekitar ruang terbuka yang dibangun, kini berdiri bedeng semi-permanen yang bisa digunakan warga untuk berjualan makanan dan minuman. “Sungai tak hanya mendatangkan tuya (air), tapi jugaarta (uang),” kata Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti. (Anang Zakaria)

Sumber: www.tempo.co, 25 Maret 2012

3 Comments

Hmmm, lezatnya krispi rumput laut dari Pantai Kukup

27/7/2012

0 Comments

 
Picture
Mujiyanto, warga kawasan Pantai Kukup, tengah menjemur rumput laut ulfa. Rumput laut ini antara lain diolah menjadi makanan ringan. (JIBI/Harian Jogja/Apriliana Sasanti)
[Harian Jogja.com] Pantai Kukup, salah satu pantai wisata yang indah di wilayah Kabupaten Gunungkidul, DIY, sudah cukup dikenal. Namun yang mungkin belum banyak dikenal orang adalah makanan khas dari pantai ini yaitu keripik rumput laut yang sering juga disebut krispi rumput laut. 

Rumput laut yang dipakai adalah rumput laut jenis ulfa. Selama musim kemarau masyarakat yang tinggal di sekitar pantai ini biasa memanen rumput laut tersebut. Dalam satu bulan, mereka bisa mengambil rumput laut basah hingga 2-3 kali pengambilan di bibir pantai sejauh 15 -50 meter. “Dalam setahun, hanya ada 3 musim panen rumput laut ini, itu pun pas musim kemarau saja. Pengambilan tidak bisa setiap hari karena menunggu rumput laut itu untuk tumbuh lagi sebelum bisa dipanen lagi. Warga biasanya mengambil saat laut sedang surut,” jelas Mujiyanto, salah satu warga pemanen rumput laut.

Mujiyanto menambahkan, dalam sekali pengambilan ia bisa mengambil 1,5 kuintal rumput laut basah. Setelah dijemur selama 1 hari, bobot tersebut susut hingga menjadi 25 kilogram saja. Setiap kilonya, Mujiyanto menjual rumput laut keringnya seharga Rp.40.000. Awalnya, masyarakat sekitar hanya memanfaatkan rumput laut untuk pakan ikan dalam memancing saja. Namun setelah kelompok mahasiswa dari UGM memperkenalkan potensi rumput laut kepada warga sekitar 2006 lalu, rumput laut itu kini menjadi salah satu kuliner khas pantai.

“Kami menyebutnya krispi rumput laut. Harganya dari Rp.1000 sampai Rp.5000 per bungkusnya. Krispi rumput laut ini menjadi salah satu makanan laut terlaris yang digemari wisatawan,” jelas Sumarni, salah satu pedagang krispi rumput laut di kawasan Pantai Kukup.

Desi, salah satu wisatawan mengungkapkan, selain harganya yang terjangkau, krispi rumput laut juga cocok untuk lauk karena rasanya yang gurih dan asin. Ia dan beberapa wisatawan lainnya bahkan memborong krispi tersebut untuk dibawa pulang. “Selain murah, juga renyah dan rasanya gurih agak asin, pas banget untuk teman makan nasi ataupun untuk camilan,” kata wisatawan asal Solo itu.

Rumput laut yang diambil warga itu memang bukan hasil budi daya. Warga hanya memanen rumput laut yang sudah tumbuh alami di bibir pantai. “Ada wilayah tertentu yang rumput lautnya boleh diambil warga dan ada wilayah khusus yang digunakan untuk wilayah konservasi rumput laut ulfa. Di wilayah konservasi tersebut, kami dilarang mengambil rumput laut,” tambah Mujiyanto yang juga Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas Pantai Kukup itu. [Apriliana Susanti] 

Sumber: www.harianjogja.com, 13 Juli 2012
0 Comments

    Wisata di Jogja

    Berisi tulisan seputar pariwisata di Jogja yang diambil dari berbagai sumber. Bisa menjadi acuan tujuan wisata bagi para pelancong yang sedang singgah.

    Arsip

    February 2013
    September 2012
    August 2012
    July 2012

    Kategori berita

    All
    Transportasi Jogja
    Wisata Alam
    Wisata Budaya
    Wisata Candi
    Wisata Kota
    Wisata Kuliner
    Wisata Sejarah

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.