Si Woles: Sewa & Wisata Sepeda di Jogja
  • Beranda
  • Sewa sepeda
    • Jenis sepeda
    • Biaya sewa sepeda
    • Syarat & cara sewa sepeda
    • Antar jemput sepeda
  • Tentang kami
    • Kontak kami
  • ENGLISH

Nyicip Sate Kotes di Labasan Resto

15/2/2013

0 Comments

 
Picture
Menghabiskan waktu bersama keluarga ataupun kolega bisa kapan saja atau dimana saja. Merasakan nikmatnya pedesaan masih menjadi tema utama sejumlah tempat kuliner seperti yang akan Anda temui di Kampung Labasan Resto & Cottage. Nuansa alami seperti bangunan Joglo, gemercik air, hamparan sawah dan menu makanan 'nDeso' menjadikan tempat ini sangat pas bagi Anda untuk melepas lelah.

Terletak di Dusun Paraksari, Pakembinangun, Pakem, Sleman, Kampung Labasan Resto & Cottage hadir sebagai salah satu lokasi kuliner alternatif dikawasan Daerah Istimewa Yogyakarta. kemarin tampak ibu-ibu PKK Batang yang sedang belajar mengolah bahan Telo (ketela) menjadi makanan olahan yang enak serta bergizi.

Bonny Telo, pemilik usaha ini menjelaskan cara mengolah bahan Telo menjadi produk yang lebih memiliki nilai jual tinggi. Memang, Telo menjadi salah satu menu favorit yang dimasak khusus serta disajikan untuk mereka yang menyukai makanan olahan ini.

Disinggung mengenai konsep, Bonny mantap memposisikan tempat makan tersebut sebagai Eco - Tourism restaurant. "Jogjo yang dekat dengan sawah, udara yang segar, sayur ndeso yang kami masak seperti genjer, kangkung, dan jantung pisang merupakan sebagain contoh menu yang sengaja kami buat agar lebih dekat dengan konsep Eco - Tourism restaurant ini," jelasnya.

Selain sayur yang telah disebutkan tadi, Bonny juga memiliki menu andalan lain yaitu Sate Kotes. Sate ini bukan dari gading, melainkan berasal dari bahan Ikan Kotes yang bahannya berasal dari daerah sekitar. "Ikan Kotes ini hampir mirip Ikan Gabus, memang sulit dibudidayakan, namun ditempat ini melimpah bahan bakunya," ungkap pria berpostur tegap itu.

Setelah menikmati Sate Kotes, Anda dapat mencicipi Jus Buah Markisa. Kandungan gizi yang tinggi pada Markisa membuat Anda tidak mudah sakit karena memiliki 30 mg vitamin C, berfungsi sebagai Anti Oksidan karena mengandung beta-karoten. Rasanya yang segar menambah nikmatnya berkuliner ria ditempat itu. 
Budi W - GudegNet


Sumber: gudeg.net

0 Comments

Menelisik Sejarah Kampung Bakpia Pathuk Yogyakarta

6/9/2012

0 Comments

 
Picture
Bakpia Pathuk diolah dan dikemas di sebuah pabrik kecil rumahan oleh tangan-tangan terampil pekerjanya. Pembeli yang ingin membeli bakpia hangat lebih memilih datang langsung ke sana. (Filmon Warouw/Fotokita.net)
Bila Anda berwisata ke Yogyakarta, mungkin kampung satu ini tidak pernah luput untuk dikunjungi. Kampung Pathuk, begitulah namanya. Kampung ini terkenal sebagai sentra bakpia yang merupakan oleh-oleh khas Daerah Istimewa Yogyakarta.

Melihat latar belakang sejarahnya, bakpia sebenarnya berasal dari negeri China. Di sana, kue ini bernama Tou Luk Pia yang artinya adalah kue pia (kue) kacang hijau. Munculnya bakpia di Yogyakarta tidak terlepas dari kampung Pathuk Yogyakarta. Bakpia mulai diproduksi di kampung tersebut sekitar tahun 1948 dengan peminat yang masih sangat terbatas.

Pemilik Bakpia Pathuk Djava Fendy Sanjaya dan Wieke Sutanto mengatakan, tahun 1980-an pembuatan bakpia di kampung Pathuk mulai berkembang. Fendy yang merupakan keturunan dari pemilik "Bakpia 25" menceritakan bahwa pada tahun tersebut hanya keluarganyalah yang berbisnis kue bakpia ini. Waktu itu, bakpia masih diperdagangkan secara eceran dan dikemas dalam besek.

“Kira-kira tahun 1990-an, bakpia Yogyakarta mulai dikenal dan peminat meningkat. Hal ini seiring diangkatnya icon Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata,” papar Fendy di Yogyakarta, Selasa(7/8).

Sejak kunjungan wisata meningkat, warga Pathuk pun mulai belajar untuk membuat bakpia. Untuk membedakan bakpia mereka, maka bakpia diberi nama sesuai dengan nomor rumah. Maka jangan heran, bila nama-nama bakpia di Yogyakarta berisi angka-angka. Akhirnya Kampung Pathuk mulai dikenal sebagai sentra pembuatan bakpia.

Sementara itu, Fendy lebih memilih menamakan bakpianya dengan "Bakpia Djava" lantaran ingin keluar dari pakem yang berkembang selama ini. Kata "Djava" merujuk pada makanan khas dari Jawa yang diolah dengan resep tradisional tempo dulu.

Lebih lanjut Fendy mengatakan bahwa peminat bakpia terus meningkat hingga sekarang ini. Bahkan tak hanya peminatnya, namun cita rasanya pun kian beragam. Ada kacang hijau, keju, coklat, kumbu (kacang merah), durian, nanas. Kemasan bakpia pun tidak lagi menggunakan besek, melainkan dikemas dalam kertas karton dan diberi label sendiri-sendiri.

Fendy menambahkan saat ini pihaknya juga membuka gerai khusus di mana dalam gerai tersebut pembeli secara langsung dapat melihat pembuatan bakpia. Gerai ini diletakkan di dalam tokonya sehingga pembeli bisa mampir untuk melihat bahkan ikut membuat bakpia secara langsung.

“Pengembangan bisnis bakpia ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pembeli. Pembeli tidak hanya bisa merasakan bakpia, namun juga perlu tahu pembuatannya,” katanya.

Rere, salah satu wisatawan asal Surabaya mengatakan bahwa bakpia memang menjadi oleh-oleh khas dari Yogyakarta yang selalu dicarinya ketika ke Yogyakarta. Menurutnya bakpia memiliki cita rasa enak, gurih, dan empuk.

“Varian rasa bakpia saat ini beragam sehingga tidak menyulitkan pembeli untuk memilih. Namun, rasa kacang hijau memang masih menjadi favorit,” paparnya.

Terkait dengan gerai khusus yang disediakan pembeli untuk melihat pembuatan langsung bakpia, ia mengaku cukup senang. Dengan gerai tersebut, pengetahuan pembeli tentang bakpia kian bertambah. Tak hanya itu, gerai ini juga bisa membuat pembeli makin mencintai produk lokal. 

Sumber: National Geographic Indonesia, 8 Agustus 2012
0 Comments

Wisata Lebaran : Jadah Tempe Kaliurang Laris Manis oleh wisatawan

24/8/2012

0 Comments

 
Picture
Para wisatawan saat berebut membeli jadah tempe. (Foto : Yusron Mustaqim)
Saat Lebaran seperti ini, oleh-oleh khas objek wisata Kaliurang diburu wisatawan. Hal ini membuat penjualan jadah tempe meningkat hingga mencapai 50 persen.

“Selama libur Lebaran ini penjulannya meningkat dibanding hari biasa. Biasanya saya hanya membuat jadah dengan ketan 3 kg. Tetapi kali ini naik mencapai 5 kg bahkan terkadang lebih,” ucap Salah satu penjual jadah tempe, Yuni (38) di kiosnya, Rabu (22/8).

Meningkatnya penjualan ini pihaknya berharap akan mengangkat sektor ekonomi khususnya produsen jatah tempe. Sejak bencana erupsi tahun 2010 lalu omzet penjulan turun drastis meski tak seramai seperti saat sebelum erupsi.

“Untuk saat ini setidaknya saat ini sudah mulai bangkit lagi. Kita optimis para pengusaha jatah tempe akan bangkit seperti semula. Karena inilah tumpuan hidup sebagian besar warga Kaliurang,” tegasnya. (kr.co.id) 

Sumber: Kedaulatan Rakyat

0 Comments

Tip Top, legenda es krim asli Yogyakarta

28/7/2012

0 Comments

 
Picture
Penasaran ingin mencicipi cita rasa es krim yang melegenda di Yogyakarta? 

Saat Anda menyusuri Jalan Mangkubumi, sempatkan untuk mampir di Tip Top ice cream. Mereka yang datang ke tempat ini, baik masyarakat Yogya ataupun wisatawan yang bertandang, rata-rata memang ingin menikmati cita rasa nostalgia. 

Bayangkan saja, es krim satu ini telah beroperasi sejak sebelum kemerdekaan. Tepatnya pada kurun waktu 1936. Praktis tapak sejarah Yogyakarta pun turut mewarnai kuliner khas yang telah memasuki masa generasi ketiga ini. 

Michael Parahita selaku generasi ketiga pengelola es krim tertua di Yogyakarta ini mengatakan konsep vintage tidak hanya dihadirkan lewat variasi menu. Dari sisi menu, kedai satu ini memilih resep tradisional dari Italia. Menu yang tanpa bahan pengawet memang membuat es krim menjadi mudah mencair. “Kita memiliki sekitara 50-an item menu es krim dengan gula asli dan tanpa pemanis buatan. Unggulan kita adalah soda, fosco dan Neapolitan,” ungkap Michael Sarahita yang digadang-gadang sebagai penerus bisnis keluarga tersebut. 

Cicipi pula menu tutty frutty. Syluuuurrrp..nikmat, berupa satu slices es krim berbentuk persegi berwarna pink yang pada bagian luarnya dilapisi es krim berwarna coklat. Tekstur es krimnya agak kasar, tidak selembut es krim pabrikan. Hmm, rasa tutty frutty-nya…krenyes-krenyes rasa misis, kismis dan sukadenya begitu terasa. 

Sementara rasa manis yang menjadi unsur utama dari semua es krimnya pun pas, tanpa meninggalkan sisa rasa di kerongkongan. Aroma coklat di lapisan luar tutty frutty sangat lembut. Demikian pula aroma buah pada bagian dalamnya yang berwarna pink juga demikian lembut. 

Kedai Ice Krim Tip Top yang terletak di Jl. P. Mangkubumi 24 atau tepatnya di sisi selatan Kantor Harian Umum Kedaulatan Rakyat ini membuka kedainya mulai jam 09.30-13.30 dan 17.00-21.30 WIB. Sedangkan pada hari Minggu kedai ini tutup. 

Kedai yang berjaya pada tahun 1960-1970-an ini pada masa itu merupakan kedai yang menjadi salah satu gaya hidup kaum berpunya atau kawula muda yang ingin menikmati gaya hidup modern yang boleh dibilang mewah. Pendeknya kedai ini menjadi salah satu simbol kemodernan di masa itu. Maklum saja karena es krim merupakan santapan baru, yang mewakili gaya santap orang Eropa/Amerika yang selalu diidentikkan dengan kemodernan atau kemajuan zaman yang serba wah.

Michael mengaku sepanjang sejarah usaha per-es krim-an yang telah dirintis oleh leluhurnya tidak pernah mendapatkan kendala yang berarti. Bahkan di musim penghujan pun kedainya tetap laris oleh pembeli. Bahkan hingga kini kedai ini sering dikunjungi pelanggan-pelanggan fanatisnya. Hari Minggu maupun malam Minggu merupakan hari-hari yang sibuk bagi kedai ini karena pada hari-hari semacam itu banyak pembeli datang. Umumnya mereka adalah keluarga atau kawula muda yang tengah berpacaran atau tengah mengadakan upaya-upaya pendekatan kepada pasangan yang diincarnya (pedekate). 

Keunikan lain dari kedai es krim ini adalah jam buka tutupnya. Pastinya jangan pernah berharap mencicipi kelezatan menu es krim Tip Top yang telah berusia 74 tahun ini antara pukul 13.30-17.00. Tip Top hanya buka pukul 09.00-13.30 dan dilanjutkan kembali pukul 17.00-21.00. Hari Minggu pun dipastikan bakal tutup. 

Michael Parahita selaku pewaris generasi ketiga es mengatakan Tip Top memang masih dijalankan layaknya bisnis keluarga. Hal yang diwariskan pun tak hanya menu es krim yang hand made, akan tetapi juga keunikan-keunikan lain yang terus terpelihara. Yang pasti, tak lengkap nostalgia Anda di Jogja tanpa menikmati kuliner unik yang menjadi legenda es krim di Yogyakarta ini. Harga di kisaran 10.000-33.000.

Jl. Mangkubumi No. 24 Yogyakarta 55232
Telepon : (0274) 7111700
Handphone : 081328771700
E-mail : icecreamtiptop@yahoo.com

Sumber: www.infowisatajogja.com


0 Comments

Hmmm, lezatnya krispi rumput laut dari Pantai Kukup

27/7/2012

0 Comments

 
Picture
Mujiyanto, warga kawasan Pantai Kukup, tengah menjemur rumput laut ulfa. Rumput laut ini antara lain diolah menjadi makanan ringan. (JIBI/Harian Jogja/Apriliana Sasanti)
[Harian Jogja.com] Pantai Kukup, salah satu pantai wisata yang indah di wilayah Kabupaten Gunungkidul, DIY, sudah cukup dikenal. Namun yang mungkin belum banyak dikenal orang adalah makanan khas dari pantai ini yaitu keripik rumput laut yang sering juga disebut krispi rumput laut. 

Rumput laut yang dipakai adalah rumput laut jenis ulfa. Selama musim kemarau masyarakat yang tinggal di sekitar pantai ini biasa memanen rumput laut tersebut. Dalam satu bulan, mereka bisa mengambil rumput laut basah hingga 2-3 kali pengambilan di bibir pantai sejauh 15 -50 meter. “Dalam setahun, hanya ada 3 musim panen rumput laut ini, itu pun pas musim kemarau saja. Pengambilan tidak bisa setiap hari karena menunggu rumput laut itu untuk tumbuh lagi sebelum bisa dipanen lagi. Warga biasanya mengambil saat laut sedang surut,” jelas Mujiyanto, salah satu warga pemanen rumput laut.

Mujiyanto menambahkan, dalam sekali pengambilan ia bisa mengambil 1,5 kuintal rumput laut basah. Setelah dijemur selama 1 hari, bobot tersebut susut hingga menjadi 25 kilogram saja. Setiap kilonya, Mujiyanto menjual rumput laut keringnya seharga Rp.40.000. Awalnya, masyarakat sekitar hanya memanfaatkan rumput laut untuk pakan ikan dalam memancing saja. Namun setelah kelompok mahasiswa dari UGM memperkenalkan potensi rumput laut kepada warga sekitar 2006 lalu, rumput laut itu kini menjadi salah satu kuliner khas pantai.

“Kami menyebutnya krispi rumput laut. Harganya dari Rp.1000 sampai Rp.5000 per bungkusnya. Krispi rumput laut ini menjadi salah satu makanan laut terlaris yang digemari wisatawan,” jelas Sumarni, salah satu pedagang krispi rumput laut di kawasan Pantai Kukup.

Desi, salah satu wisatawan mengungkapkan, selain harganya yang terjangkau, krispi rumput laut juga cocok untuk lauk karena rasanya yang gurih dan asin. Ia dan beberapa wisatawan lainnya bahkan memborong krispi tersebut untuk dibawa pulang. “Selain murah, juga renyah dan rasanya gurih agak asin, pas banget untuk teman makan nasi ataupun untuk camilan,” kata wisatawan asal Solo itu.

Rumput laut yang diambil warga itu memang bukan hasil budi daya. Warga hanya memanen rumput laut yang sudah tumbuh alami di bibir pantai. “Ada wilayah tertentu yang rumput lautnya boleh diambil warga dan ada wilayah khusus yang digunakan untuk wilayah konservasi rumput laut ulfa. Di wilayah konservasi tersebut, kami dilarang mengambil rumput laut,” tambah Mujiyanto yang juga Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas Pantai Kukup itu. [Apriliana Susanti] 

Sumber: www.harianjogja.com, 13 Juli 2012
0 Comments

Nasi goreng Beringharjo 

27/7/2012

0 Comments

 
Picture
Kelezatan Kuliner Jawa Cina 

[Yogyes.com] - Nasi Goreng Beringharjo, kini bisa dijumpai di Jalan Mataram, tepat di pertigaan ketiga sebelah kiri jalan yang menuju ke pasar bersejarah di Yogyakarta itu. Sebelum penghujung tahun 2004, tepatnya sebelum ada pembersihan pedagang kaki lima di wilayah tersebut, nasi goreng itu bisa ditemui di pertigaan menuju kawasan Shopping yang kini dirombak menjadi Taman Pintar, Taman Budaya Yogyakarta dan Pusat Penjualan Buku.

Nasi goreng ini adalah salah satu yang pantas dicicipi sebab kelezatannya telah diakui banyak orang dan dikenal sejak tahun 1960-an, saat sang penjual memulai bisnisnya. Tak perlu menunggu lama jika hendak mencicipinya, sebab penjual biasanya memasak nasi goreng langsung dalam jumlah besar sehingga bisa dihidangkan dalam waktu cepat. Anda bisa datang mulai pukul 18.00 WIB hingga sekitar pukul 23.00 WIB bila ingin mencicipinya, serta bisa memilih ingin duduk lesehan atau di kursi yang tersedia.

Menyantap nasi goreng ini, anda akan merasa seperti mendengarkan sepiring cerita tentang akulturasi Jawa Cina. Jenis masakan nasi goreng sendiri misalnya, sebenarnya berasal dari daratan Cina yang kemudian 'bermigrasi' ke Indonesia. Mulanya, nasi goreng muncul dari tradisi bangsa Cina yang tak ingin membuang nasi sisa, sehingga nasi tersebut diolah dengan bumbu-bumbu yang tersedia, seperti bawang merah, bawang putih dan kecap. Ketika bangsa Cina mulai berdatangan ke Indonesia, masakan itu pun mulai dikenal oleh warga negara Indonesia dan berangsur menjadi satu dengan masakan Indonesia sendiri. 

Bukti akulturasinya adalah adanya berbagai variasi nasi goreng, mulai nasi goreng ayam, nasi goreng sea food, nasi goreng kambing, bahkan nasi goreng pete yang notabene bumbu khas Indonesia. Rasanya pun bermacam-macam, ada yang lebih menonjolkan citarasa bawang putih, ada pula yang menonjolkan citarasa bahan tambahannya, misalnya ayam. Nasi goreng Beringharjo memilih memasak nasi goreng ayam dan babi.

Bicara tentang kecap sebagai salah satu bumbunya, itu pun menyimpan cerita tentang penyesuaian bangsa Cina ketika tinggal di Jawa. Kecap, sebenarnya bernama kie tjap, dibuat dari sari ikan yang difermentasikan. Ketika bangsa Cina tinggal di Jawa dan menemukan bahwa kedelai lebih murah dibandingkan ikan, bahan baku pembuatan kie tjap pun diubah menjadi dari kedelai. Akibatnya, kie tjap pun tidak lagi memiliki citarasa ikan, tetapi hanya berasa manis untuk kecap manis, begitu pula nasi goreng. Citarasa bawang putih yang sangat kuat pun juga menjadi ciri masakan-masakan yang berasal dari Cina.

Meski akibat akulturasi itu terdapat banyak sekali nasi goreng di hampir setiap sudut gang, Nasi Goreng Beringharjo tetap memiliki kekhasan. Proses memasak misalnya, tak seperti nasi goreng lain yang memasak dalam jumlah kecil. Sekali masak, penjual bisa menuangkan nasi sebanyak setengah bakul di wajan super besar yang telah diisi oleh bumbu khusus. Disebut bumbu khusus karena ia tak lagi meracik di tempat penjualan, tetapi sudah dalam bentuk campuran yang siap untuk melezatkan nasi goreng.

Daging ayam atau babi ditambahkan pada saat nasi goreng telah ditaruh dalam piring. Selain itu, ditambahkan pula beberapa iris tomat, kol, daun seledri, telur dadar bulat dan acar sebagai pelengkap. Sepiring nasi goreng berharga Rp 5.000,00 untuk daging ayam dan Rp 6.000,00 untuk daging babi. Karena lezat, banyak pengunjung memesan nasi dalam porsi yang lebih besar, mulai dari 1,5 hingga 2 porsi langsung untuk satu orang.

Rasa nasi goreng ini bisa dikatakan pas, tak terlalu manis juga tidak terlalu asin. Aroma bawang putihnya tak begitu kuat namun tetap terasa. Nah, bagaimana, tertarik mencicipinya? Selain nasi goreng, tersedia juga bakmi dan bihun serta babi kecap yang tak kalah nikmat.

Sumber: www.yogyes.com
0 Comments

    Wisata di Jogja

    Berisi tulisan seputar pariwisata di Jogja yang diambil dari berbagai sumber. Bisa menjadi acuan tujuan wisata bagi para pelancong yang sedang singgah.

    Arsip

    February 2013
    September 2012
    August 2012
    July 2012

    Kategori berita

    All
    Transportasi Jogja
    Wisata Alam
    Wisata Budaya
    Wisata Candi
    Wisata Kota
    Wisata Kuliner
    Wisata Sejarah

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.