Si Woles: Sewa & Wisata Sepeda di Jogja
  • Beranda
  • Sewa sepeda
    • Jenis sepeda
    • Biaya sewa sepeda
    • Syarat & cara sewa sepeda
    • Antar jemput sepeda
  • Tentang kami
    • Kontak kami
  • ENGLISH

Membelah Jogja dengan Sepeda: Milas – Masjid Kampus UGM – Klinik Kopi

19/11/2013

0 Comments

 
Hampir 20 km perjalanan hari ini kami tempuh dengan bersepeda. Menyusuri pusat berkumpulnya turis-turis di selatan hingga tempat praktik atau klinik dokter kopi di tengah “hutan” jati di utara. 
Picture
Rute jelajah Si Woles membelah Jogja
Resto Milas

“Waduh, berarti dari kecil aku udah makan racun donk. Lha minumnya susu bubuk,” ujar saya sembari membaca brosur tentang Susu Sapi Murni buatan Javaraya Milk. Brosur itu didapatkan Mbak Mel dari Pasar Organik Milas yang berada di bagian muka restoran Milas.

Setiap Rabu dan Sabtu pk. 09.00 – 12.00, Restoran Milas, yang berlokasi di Jl. Prawirotaman 4, menyediakan ruang untuk para produsen dan penjual produk-produk pangan lokal & organik. Beragam produk dijajakan, mulai dari yang mentah hingga olahan. Ada sayur mayur, getuk, selai, susu pasteurisasi, yoghurt, keripik, jamu, madu, dan masih banyak lagi. 
Picture
Aneka produk yang dijual di pasar organik Milas
Saya terlambat datang saat itu. Mbak Mel, Mbak Olip, dan Mbak Lany sudah menggenjot sepeda lebih dulu. Mereka menghabiskan cukup banyak waktu berbincang-bincang dengan para penjual di pasar organik Milas. Sementara saya kebagian mencicipi getuk enak yang kebetulan dibagikan gratis karena pasar sudah tutup.
Picture
Suasana pasar organik Milas
Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 1 lewat. Artinya, Resto Milas sudah bisa disambangi untuk kami rehat duduk-duduk sambil menikmati makan siang. Kebetulan saat itu, para penjaja 'pasar' tampak bersiap untuk pulang.

Di dalam Milas, kami memilih bersantai di bawah pohon dengan mebel berupa kursi dari ban bekas & meja bundar yang terbilang mini -untuk menampung pesanan dari empat orang-. Pengalaman berkunjung ke pasar organik Milas untuk pertama kalinya menjadi salah satu topik utama pembicaraan. Meskipun menetap di Jogja sudah hampir sembilan tahun, tapi tak menjadikan saya kenal dengan Jogja. Buktinya pasar organik Milas ini keberadaannya baru saya ketahui belakangan ini. Ternyata sebuah pasar yang sangat menarik. Ada banyak informasi yang bisa membantu menentukan pilihan konsumsi untuk hidup yang lebih sehat dan punya keberpihakan.

Potongan kecil roti isi “daging” tempe dengan sayur mendarat di mulut saya. Saya mengunyah pelan untuk mengidentifikasi jenis rasa yang dikenali oleh indera pengecap saya. “Daging” tempenya terasa tapi terlalu datar di lidah Sumatera saya. Tak ada pedas sama sekali. Roti pelapisnya enak dan bukan pabrikan. Itulah yang bisa saya deskripsikan dari menu burger tempe yang saya pesan. Burger tempe ditemani dengan kentang goreng –yang saya yakini bukan kentang dingin yang dijual di supermarket- dan sambal tomat buatan sendiri. Sambal tomat berwarna merah dan lebih encer dibandingkan sambal botol. Meskipun disebut sebagai sambal, namun rasanya jauh sekali dari pedas. Malah cenderung manis namun lebih segar.
Picture
Aneka makanan yang kami pesan di Milas: Burger Tempe, Bakmi Jawa & Capcay.
Hampir seluruh menu yang kami pesan cenderung memiliki rasa yang datar. Mungkin saja karena restoran Milas merupakan restoran vegetarian jadi penggunaan garam pun dikurangi. Mungkin pula karena pelanggan restoran Milas didominasi oleh orang asing, sehingga rasa yang diciptakan pun tak sama dengan rasa Indonesia yang kaya rempah. Jadi  jangan segan untuk meminta garam atau merica tambahan jika rasa yang didapatkan belum mantap.

Menjelang pk. 15.00 kami pun bergegas meninggalkan Milas yang nyaman untuk nggowes ke utara. Tujuan berikutnya ialah Klinik Kopi di Gejayan. 

Masjid Kampus UGM

Masjid Kampus UGM menjadi titik peristirahatan kami. Di samping menunaikan kewajiban, di sini kami juga meluruskan kaki dan sedikit mengisi tenaga untuk nggowes  ke titik selanjutnya.

Dibangun di atas lahan yang dahulu pernah menjadi pekuburan Cina, masjid Kampus UGM  menjadi masjid kampus terbesar se-Asia Tenggara (menurut gudeg.net). Saya juga baru tahu informasi ini. Soal arsitektur menurut beberapa info yang saya baca, masjid Kampus UGM mengadopsi beragama gaya. Keberadaan kolam di sisi timur seperti meniru elemen arsitektur Taj Mahal. Sementara itu ornamen di sekeliling bangunan masjid yang berwarna merah muda dan emas mencitrakan arsitektur Tionghoa. Unsur Jawa hadir dalam kubah masjid yang berbentuk limasan. Ornamen kaca di lantai dua masjid mengingatkan saya pada surya Majapahit. 


Picture
Kolam masjid kampus UGM
Energi sudah bertambah sedikit setelah leyeh-leyeh di dalam masjid. Kami mencicipi rute bersepeda di dalam kampus UGM. Teringat pernyataan seorang teman tentang pilihan kuliah di UGM. Menurut dia keberadaan jalur sepeda di –beberapa tempat di- kampus UGM menjadi salah satu daya tarik memilih UGM sebagai tempat menimba ilmu.

Bersepeda di lingkungan kampus UGM, terutama di jalur bundaran Filsafat menuju kampus Kedokteran Hewan memang cukup nyaman. Pepohonan rindang di sisi kanan dan kiri cukup membantu meredakan lelah saat menggowes. Medannya pun terbilang landai. Jadi, untuk sementara saya bisa mengamini pernyataan teman tersebut.

Rujak Es Krim

Sebelum menemui Jl. Gejayan, kami mampir sebentar di warung rujak es krim tepi Selokan Mataram. Rujak es krim di depan Fakultas Kedokteran Hewan UGM ini menjadi salah satu tempat yang ditawarkan oleh Si Woles untuk dikunjungi. Wajar saja, kuliner yang satu ini sejauh ini hanya bisa dijumpai di Jogja. 


Rujak es krim terdiri dari buah bengkoang, mangga muda, jambu, nanas, kedondong, dan timun. Sebenarnya tergantung musim juga. Semua buah tersebut dipotong kecil dan tipis tak beraturan lalu dibalur saus rujak (gula jawa, kacang, dan cabai) dengan tingkat kepedasan sesuai selera. Di bagian atasnya diberi es putar. Sebagai sentuhan akhir, susu kental manis cokelat dituangkan di atas es putar membentuk kurva tak beraturan. Rujak es krip pun siap untuk disantap :D

Menu rujak es krim ini meskipun tak menghilangkan dahaga setelah bersepeda namun cukup menambah energi. Kesegaran ganda didapatkan dalam semangkuk rujak es krim, buah segar dan es putar yang semriwing. 

Picture
Menikmati rujak es krim
Klinik Kopi

Titik akhir ini diawali dari cerita Mbak Ellie, seorang penyewa dari Jakarta. Kisah tentang Klinik Kopi yang dirangkai Mbak Ellie membuat kami begitu penasaran. Kebetulan Mbak Olip, Mbak Lany, dan saya termasuk  penggemar kopi. Maka tak ada salahnya jika kami menjajal sendiri kisah yang diceritakan oleh Mbak Ellie.

Untuk menuju Klinik Kopi cukup mudah. Dari Jl. Gejayan, masuk gang setelah toko buku Toga Mas. Jalan konblok akan menuntun kita ke kawasan hutan jati milik Universitas Sanata Dharma (di sebelah kiri jalan). Di tengah hutan jati itulah terdapat sebuah bangunan kayu berlantai dua tempat klinik kopi berada.

Ada satu rombongan yang sedang konsultasi dengan Mas Pepeng, dokter di Klinik Kopi. Sembari menunggu, kami leyeh-leyeh dan mendokumentasikan suasana. Lokasinya cocok untuk nggarap tugas akhir :D. Damai, tenang, alami, dan yang terpenting dipenuhi oleh aroma kopi.

Giliran kami tiba. Kami duduk berjajar layaknya pasien yang menemui dokter. Menurut cerita Mbak Ellie, pasien akan diberi pertanyaan seputar kopi yang sering dikonsumsi. Namun, karena sore ini Mas Pepeng sedang tak akur dengan mesin penggiling kopinya maka tak banyak diagnosis yang dihasilkan. Bahkan saya langsung ditanya ingin mencicipi kopi dari daerah mana. 
Picture
Jadi pasien Mas Pepeng si dokter kopi
Sambil meracik kopi pesanan beberapa temannya, Mas Pepeng menunjukkan infografis kaitan rasa asam dan pahit kopi dengan lama penggorengan serta titik didih penyajian. Ia melakukan riset mandiri tentang kopi. Pun sama halnya dengan mengumpulkan biji kopi dari seluruh nusantara. Semua berdasarkan pada kecintaannya pada kopi. Kopi menjadi “agama” bagi Mas Pepeng.

Saya mencicipi kopi Bajawa. Menurut Mas Pepeng, Bajawa memberikan cita rasa paling pahit dari semua kopi yang disediakan di atas meja praktiknya. Aroma kopi cukup kuat. Rasa pahit yang kencang menyisakan sedikit asam di bagian akhir. Begitu yang saya ingat dari kopi Bajawa. Mbak Mel yang tidak menyukai kopi saya paksa untuk mencicipinya. “Yeks,” reaksi spontan darinya.

Yang membuat saya sedikit kurang puas di klinik ini ialah minimnya informasi tentang budaya kopi di Indonesia. Padahal kopi sebagai produk andalan tanam paksa menjadi primadona yang mampu membentuk budaya masyarakat kita. Lain tempat lain pula budaya mengolah & minum kopinya. Setelah singgah di markasnya dokter kopi pastinya saya mengharapkan informasi lebih tentang kopi Indonesia. Bukan hanya memandang kopi sebagai objek melainkan subjek yang memegang peranan penting di dalam sebuah struktur masyarakat. Ya, lagi-lagi itu hanya harapan saya :)

Picture
Aneka kopi hasil "perburuan" Mas Pepeng
Nggowes Pulang ke Taman Siswa

Seusai menghabiskan secangkir kopi lokal di Klinik Kopi, kami menggowes sepeda pulang ke rumah. Hari sudah gelap dan kami harus lebih berhati-hati. Mbak Olip, sebagai sosok yang tidak sporty, sudah mengalami kemajuan pesat setelah bersepeda seharian ini. Meskipun hasrat melipir ke kanan –tengah jalan- masih besar, namun saya beri empat jempol untuk ketrampilan Mbak Olip bersepeda di jalan raya. Hebat. Dua kali turun ke jalan saya rasa ia sudah bisa bersepeda mandiri keliling Jogja. Tak perlu lagi pengawalan khusus :D

Hari ini kami nggowes ala Si Woles. Santai sekali. Kami mengunjungi tempat-tempat yang sesuai dengan minat. Dari siang hingga petang, hampir 20 km terlampaui. Kota Jogja yang kecil ini memang patut dijelajahi dengan sepeda :D

Picture
Peserta gowes trip Si Woles :) [19 Oktober 2013]
Sumber baca2 :)
http://edukasi.kompas.com/read/2011/11/06/17102038/Berkunjung.ke.Kampus.Biru.UGM
http://gudeg.net/id/directory/31/1426/Masjid-Kampus-UGM.html#.UnuzSHBSjfI
0 Comments



Leave a Reply.

    Blog si Woles

    Ide, kisah, serta paket promo Si Woles bisa dijumpai di sini. 

    Arsip

    September 2014
    March 2014
    February 2014
    January 2014
    December 2013
    November 2013
    October 2013
    April 2013
    November 2012
    August 2012
    July 2012

    Kategori

    All
    Info Paket Wisata
    Kata Mereka
    Paket Wisata
    Rute Si Woles

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.