Si Woles: Sewa & Wisata Sepeda di Jogja
  • Beranda
  • Sewa sepeda
    • Jenis sepeda
    • Biaya sewa sepeda
    • Syarat & cara sewa sepeda
    • Antar jemput sepeda
  • Tentang kami
    • Kontak kami
  • ENGLISH

Nyicip Sate Kotes di Labasan Resto

15/2/2013

0 Comments

 
Picture
Menghabiskan waktu bersama keluarga ataupun kolega bisa kapan saja atau dimana saja. Merasakan nikmatnya pedesaan masih menjadi tema utama sejumlah tempat kuliner seperti yang akan Anda temui di Kampung Labasan Resto & Cottage. Nuansa alami seperti bangunan Joglo, gemercik air, hamparan sawah dan menu makanan 'nDeso' menjadikan tempat ini sangat pas bagi Anda untuk melepas lelah.

Terletak di Dusun Paraksari, Pakembinangun, Pakem, Sleman, Kampung Labasan Resto & Cottage hadir sebagai salah satu lokasi kuliner alternatif dikawasan Daerah Istimewa Yogyakarta. kemarin tampak ibu-ibu PKK Batang yang sedang belajar mengolah bahan Telo (ketela) menjadi makanan olahan yang enak serta bergizi.

Bonny Telo, pemilik usaha ini menjelaskan cara mengolah bahan Telo menjadi produk yang lebih memiliki nilai jual tinggi. Memang, Telo menjadi salah satu menu favorit yang dimasak khusus serta disajikan untuk mereka yang menyukai makanan olahan ini.

Disinggung mengenai konsep, Bonny mantap memposisikan tempat makan tersebut sebagai Eco - Tourism restaurant. "Jogjo yang dekat dengan sawah, udara yang segar, sayur ndeso yang kami masak seperti genjer, kangkung, dan jantung pisang merupakan sebagain contoh menu yang sengaja kami buat agar lebih dekat dengan konsep Eco - Tourism restaurant ini," jelasnya.

Selain sayur yang telah disebutkan tadi, Bonny juga memiliki menu andalan lain yaitu Sate Kotes. Sate ini bukan dari gading, melainkan berasal dari bahan Ikan Kotes yang bahannya berasal dari daerah sekitar. "Ikan Kotes ini hampir mirip Ikan Gabus, memang sulit dibudidayakan, namun ditempat ini melimpah bahan bakunya," ungkap pria berpostur tegap itu.

Setelah menikmati Sate Kotes, Anda dapat mencicipi Jus Buah Markisa. Kandungan gizi yang tinggi pada Markisa membuat Anda tidak mudah sakit karena memiliki 30 mg vitamin C, berfungsi sebagai Anti Oksidan karena mengandung beta-karoten. Rasanya yang segar menambah nikmatnya berkuliner ria ditempat itu. 
Budi W - GudegNet


Sumber: gudeg.net

0 Comments

Menelisik Sejarah Kampung Bakpia Pathuk Yogyakarta

6/9/2012

0 Comments

 
Picture
Bakpia Pathuk diolah dan dikemas di sebuah pabrik kecil rumahan oleh tangan-tangan terampil pekerjanya. Pembeli yang ingin membeli bakpia hangat lebih memilih datang langsung ke sana. (Filmon Warouw/Fotokita.net)
Bila Anda berwisata ke Yogyakarta, mungkin kampung satu ini tidak pernah luput untuk dikunjungi. Kampung Pathuk, begitulah namanya. Kampung ini terkenal sebagai sentra bakpia yang merupakan oleh-oleh khas Daerah Istimewa Yogyakarta.

Melihat latar belakang sejarahnya, bakpia sebenarnya berasal dari negeri China. Di sana, kue ini bernama Tou Luk Pia yang artinya adalah kue pia (kue) kacang hijau. Munculnya bakpia di Yogyakarta tidak terlepas dari kampung Pathuk Yogyakarta. Bakpia mulai diproduksi di kampung tersebut sekitar tahun 1948 dengan peminat yang masih sangat terbatas.

Pemilik Bakpia Pathuk Djava Fendy Sanjaya dan Wieke Sutanto mengatakan, tahun 1980-an pembuatan bakpia di kampung Pathuk mulai berkembang. Fendy yang merupakan keturunan dari pemilik "Bakpia 25" menceritakan bahwa pada tahun tersebut hanya keluarganyalah yang berbisnis kue bakpia ini. Waktu itu, bakpia masih diperdagangkan secara eceran dan dikemas dalam besek.

“Kira-kira tahun 1990-an, bakpia Yogyakarta mulai dikenal dan peminat meningkat. Hal ini seiring diangkatnya icon Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata,” papar Fendy di Yogyakarta, Selasa(7/8).

Sejak kunjungan wisata meningkat, warga Pathuk pun mulai belajar untuk membuat bakpia. Untuk membedakan bakpia mereka, maka bakpia diberi nama sesuai dengan nomor rumah. Maka jangan heran, bila nama-nama bakpia di Yogyakarta berisi angka-angka. Akhirnya Kampung Pathuk mulai dikenal sebagai sentra pembuatan bakpia.

Sementara itu, Fendy lebih memilih menamakan bakpianya dengan "Bakpia Djava" lantaran ingin keluar dari pakem yang berkembang selama ini. Kata "Djava" merujuk pada makanan khas dari Jawa yang diolah dengan resep tradisional tempo dulu.

Lebih lanjut Fendy mengatakan bahwa peminat bakpia terus meningkat hingga sekarang ini. Bahkan tak hanya peminatnya, namun cita rasanya pun kian beragam. Ada kacang hijau, keju, coklat, kumbu (kacang merah), durian, nanas. Kemasan bakpia pun tidak lagi menggunakan besek, melainkan dikemas dalam kertas karton dan diberi label sendiri-sendiri.

Fendy menambahkan saat ini pihaknya juga membuka gerai khusus di mana dalam gerai tersebut pembeli secara langsung dapat melihat pembuatan bakpia. Gerai ini diletakkan di dalam tokonya sehingga pembeli bisa mampir untuk melihat bahkan ikut membuat bakpia secara langsung.

“Pengembangan bisnis bakpia ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pembeli. Pembeli tidak hanya bisa merasakan bakpia, namun juga perlu tahu pembuatannya,” katanya.

Rere, salah satu wisatawan asal Surabaya mengatakan bahwa bakpia memang menjadi oleh-oleh khas dari Yogyakarta yang selalu dicarinya ketika ke Yogyakarta. Menurutnya bakpia memiliki cita rasa enak, gurih, dan empuk.

“Varian rasa bakpia saat ini beragam sehingga tidak menyulitkan pembeli untuk memilih. Namun, rasa kacang hijau memang masih menjadi favorit,” paparnya.

Terkait dengan gerai khusus yang disediakan pembeli untuk melihat pembuatan langsung bakpia, ia mengaku cukup senang. Dengan gerai tersebut, pengetahuan pembeli tentang bakpia kian bertambah. Tak hanya itu, gerai ini juga bisa membuat pembeli makin mencintai produk lokal. 

Sumber: National Geographic Indonesia, 8 Agustus 2012
0 Comments

Museum Batik Jogja Koleksi 1000 Batik

6/9/2012

0 Comments

 
Picture
Museum Batik Yogyakarta saat ini mengoleksi sekitar 1.000 jenis kain batik dari berbagai daerah di Pulau Jawa.

"Museum ini menyimpan koleksi beragam jenis, corak, dan motif kain batik yang dibuat sejumlah perajin di berbagai daerah di Pulau Jawa," kata pengelola Museum Batik Yogyakarta Prayogo, di Yogyakarta, Sabtu.

Ia mengatakan museum batik ini menyimpan sejumlah koleksi kain batik yang unik dari para perajin batik tulis yang menonjolkan motif dan desain yang masih langka di pasaran.

"Museum batik ini menyimpan koleksi kain batik tulis dari sejumlah daerah di Pulau Jawa di antaranya Solo, Lasem, Pekalongan, dan Yogyakarta sendiri," katanya.

Menurut dia, dari sejumlah koleksi tersebut, koleksi yang tertua adalah kain batik yang dibuat pada 1700, dan termuda adalah koleksi kain batik yang dibuat pada 1960.

Prayogo mengatakan semua koleksi kain batik di museum ini adalah batik tulis. "Jenis kain batik yang dikoleksi di sini terdiri atas kain batik yang biasa dipakai pada hari biasa, atau keseharian, dan batik khusus untuk upacara pernikahan," katanya.

Ia mengatakan pengunjung museum ini tidak hanya diperkenalkan dengan koleksi kain batik yang dibuat ratusan dan puluhan tahun lalu, tetapai juga diperkenalkan mengenai motif-motifnya. "Kami juga memberi penjelasan kepada para pengunjung tentang jenis-jenis kain batik, serta motif dan tekstur membatik yang halus, sehingga pengunjung yang kebetulan perajin batik dapat mempelajarinya, serta menerapkannya dalam membatik," katanya.

Menurut dia, tidak semua jenis kain batik layak dimasukkan ke museum. "Syarat kain batik dapat dimuseumkan antara lain telah berumur 50 tahun," katanya.

Sehingga, kata Prayogo, pihaknya tidak asal ambil kain batik dari para perajin untuk dikoleksi, tetapi harus dipertimbangkan dengan beberapa persyaratan yang telah ditentukan.

Ia mengatakan dengan adanya museum batik diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk ikut menjaga dan melestarikan kerajinan batik.

Sumber: KOMPAS.com, 10 Oktober 2010

0 Comments

Grebeg Syawal, Ritual Sedekah Bumi Keraton Yogyakarta

1/9/2012

0 Comments

 
Picture
Bagi warga Yogyakarta, perayaan Idul Fitri tak hanya dirayakan dengan acara temu keluarga besar atau saling bermaaf-maafan saja.  Namun,hari besar kemenangan ini dirayakan meriah oleh seluruh masyarakat yang ada di Yogyakarta baik penduduk asli maupun wisatawan dengan upacara tradisional Grebeg Syawal.

Perayaan Grebeg Syawal di Yogyakarta dilaksanakan untuk menyambut 1 Syawal 1432 Hijriah yang bertepatan dengan perayaan Idul Fitri 2011. Grebeg ini merupakan grebeg kedua di tahun ini setelah Grebeg Mulud dilakukan. Grebeg Mulud adalah  peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Prosesi grebeg yang berlangsung pada Rabu (31/8) ini  dilakukan dengan membawa  gunungan berisi hasil bumi dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.Pengarakan gunungan ini dipimpin oleh Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) H. Yudaningrat diikuti 10 bergodo (pasukan keraton).

Setelah  didoakan,gunungan diarak menuju Alun-Alun Utara dan disambut dengan tembakan salvo. Selanjutnya gunungan yang dikenal dengan nama Gunungan Lanang ini akan diperebutkan oleh masyarakat yang hadir.Menurut kepercayaan, mereka yang berhasil memperoleh hasil bumi dari gunungan akan mendapatkan berkah dari Yang Maha Kuasa.

Tradisi ini dilaksanakan secara turun temurun dan tidak lepas dari pengaruh Islam di Jawa. Grebeg ini sebagai wujud ucapan terima kasih pada Tuhan karena telah berhasil menjalankan ibadah puasa selama 1 bulan serta ritual  menyambut tahun baru hijriah atau Islam.

Tradisi yang menjadi salah satu keistimewaan Yogyakarta ini akhirnya bisa menunjukkan bahwa keraton Yogyakarta tak sekedar menjalankan fungsi negara,melainkan juga fungsi keagamaan. Keistimewaan tradisi ini pun terlihat ketika masyarakat bisa menyaksikan secara langsung para abdi dalem keraton yang membawa gunungan ini.

Sementara itu, setelah tradisi grebeg mulud dan  syawal dilakukan,warga Yogyakarta akan mengadakan Grebeg Besar pada perayaan Idul Adha mendatang.


Sumber: National Geographic Indonesia

0 Comments

3 Lokasi di Yogyakarta Diusulkan jadi Kawasan Cagar Budaya

30/8/2012

0 Comments

 
Picture
Sejumlah wisatawan asing berbelanja di Pasar Beringharjo, Malioboro, Yogyakarta. Pasar tradisional batik yang banyak dikenal wisatawan domestik dan mancanegara ini memberikan suasana tradisional tapi tetap nyaman dengan harga murah. (Rommy Pujianto/Fotokita.net)


















Provinsi DIY Yogyakarta segera memiliki tiga kawasan cagar budaya baru yakni kawasan Pengok, Baciro, dan Jetis

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengusung icon sebagai kota budaya terlihat serius dalam penanganan Kawasan Cagar Budaya (KCB). Baru saja, pemerintah Kota Yogyakarta mengusulkan kembali tiga kawasan untuk dijadikan KCB.

Tiga kawasan yang direkomendasikan untuk disahkan menjadi KCB yakni kawasan Pengok, Baciro, dan Jetis. Kawasan ini dinilai layak sebagai KCB karena punya sejarah dan arsitektur bangunan cagar budaya.

Kepala Seksi Pembinaan dan Pelestarian Nilai-nilai Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Widiyastuti memaparkan tentang keistimewaan ketiga kawasan tersebut. Kawasan Pengok merupakan kawasan sejarah perkembangan stasiun kereta api. Sementara itu baik kawasan Pengok, Baciro, serta Jetis dikelilingi oleh  arsitektur bangunan rumah yang  bercirikan arsitektur indis.

“Saat ini di Yogyakarta hanya terdapat lima kawasan KCB yakni Malioboro, Pakualaman, Kotagede, Keraton serta Kotabaru,” paparnya di Yogyakarta, Selasa (28/8).

Ia mengatakan penetapan KCB berguna agar keaslian cagar budaya lebih menonjol. Hal ini  juga berguna untuk menyelamatkan bangunan cagar budaya agar tidak punah dan terhindar untuk kepentingan bisnis. “Sampai saat ini, penetapan KCB ini masih menunggu proses penilaian oleh tim cagar budaya,” katanya.

Anggota Komisi D DPRD Kota Yogyakarta Muhammad Fauzan mengatkan tiga kawasan ini sudah diusulkan sejak 2011 lalu. Sembari menunggu penilaian, ia berharap seluruh pihak bisa melakukan proteksi terhadap keberadaan KCB di tiga kawasan tadi.

“Proteksi dimaksudkan agar  bangunan cagar budaya di kawasan itu ketika berpindah kepemilikan tidak mengubah arsitektur bangunannya serta eksitensi bangunan bisa terus dipertahankan," paparnya.

Sumber: National Geographic Indonesia


0 Comments

Wisata Lebaran : Jadah Tempe Kaliurang Laris Manis oleh wisatawan

24/8/2012

0 Comments

 
Picture
Para wisatawan saat berebut membeli jadah tempe. (Foto : Yusron Mustaqim)
Saat Lebaran seperti ini, oleh-oleh khas objek wisata Kaliurang diburu wisatawan. Hal ini membuat penjualan jadah tempe meningkat hingga mencapai 50 persen.

“Selama libur Lebaran ini penjulannya meningkat dibanding hari biasa. Biasanya saya hanya membuat jadah dengan ketan 3 kg. Tetapi kali ini naik mencapai 5 kg bahkan terkadang lebih,” ucap Salah satu penjual jadah tempe, Yuni (38) di kiosnya, Rabu (22/8).

Meningkatnya penjualan ini pihaknya berharap akan mengangkat sektor ekonomi khususnya produsen jatah tempe. Sejak bencana erupsi tahun 2010 lalu omzet penjulan turun drastis meski tak seramai seperti saat sebelum erupsi.

“Untuk saat ini setidaknya saat ini sudah mulai bangkit lagi. Kita optimis para pengusaha jatah tempe akan bangkit seperti semula. Karena inilah tumpuan hidup sebagian besar warga Kaliurang,” tegasnya. (kr.co.id) 

Sumber: Kedaulatan Rakyat

0 Comments

Malioboro Yogyakarta dipadati wisatawan

22/8/2012

2 Comments

 
Picture
Jalan Malioboro yang dipadati kendaraan (Foto: ANTARA/Noveradika)
Kawasan Malioboro yang telah menjadi ikon utama wisata di Yogyakarta dipadati wisatawan pada H+2 Lebaran 2012, terutama para pemudik yang akan memanfaatkan waktu libur mereka dengan berwisata.

"Sejak kemarin, Senin (20/8) sudah terjadi peningkatan arus lalu lintas di Jalan Malioboro mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Pada hari ini (Selasa), peningkatan arus kendaraan yang masuk Malioboro sudah terjadi sejak pukul 08.00 WIB," kata Kepala Pos Pengamanan Pintu Masuk Malioboro AKP Ismawazir di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, arus lalu lintas di sepanjang Malioboro memang cukup padat namun kendaraan masih bisa berjalan meskipun pelan. 

Kepadatan kendaraan di jalan Malioboro sudah terjadi sejak Jalan Kleringan. Kendaraan roda empat hanya bisa dipacu dengan kecepatan sekitar 20 kilometer per jam. 

Seperti hari sebelumnya, lanjut dia, kepadatan arus lalu lintas di Malioboro akan terjadi hingga pukul 22.00 WIB dan kendaraan berplat nomor luar kota diperkirakan akan tetap mendominasi di Jalan Malioboro hingga H+3, seperti dari Jakarta, Surabaya, Bandung dan Cilacap.

Sedangkan pengelola Tempat Khusus Parkir (TKP) Malioboro I Edy Susanto mengatakan, sudah ada peningkatan kendaraan yang parkir di lokasi tersebut sekitar 10 persen.

Namun demikian, lanjut Edy, meskipun ada peningkatan kendaraan, jumlahnya justru mengalami penurunan bila dibanding saat libur Lebaran tahun lalu.

"Mungkin ini ada kaitannya dengan penguraian sistem arus lalu lintas yang diberlakukan, serta ada Jembatan Kleringan sehingga kepadatan di Malioboro menjadi lebih terurai," katanya.

TKP Malioboro I mampu menampung setidaknya 150 unit kendaraan pribadi.

Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro Syarif Teguh mengatakan, puncak kepadatan kendaraan dan pengunjung di Malioboro diperkirakan mulai terjadi pada Selasa hingga Kamis (23/8).

"Malioboro tidak pernah sepi, baik kendaraan yang melintas maupun pejalan kaki yang berada di jalur lambat untuk membeli oleh-oleh," katanya.

UPT Malioboro, lanjut dia, juga mendirikan posko mandiri yang berada di depan kantor untuk memberikan pelayanan kepada wisatawan termasuk menerima keluhan. 

Sumber: ANTARAnews.com

2 Comments

Libur Lebaran, Monjali Dibanjiri Wisatawan

21/8/2012

0 Comments

 
Picture
Monumen Jogja Kembali
Monumen Jogja Kembali (Monjali) dipadati ribuan pengunjung selama libur Lebaran 2012. Tempat wisata bersejarah yang kini juga telah dilengkapi dengan taman kuliner dan bermain ini setidaknya dikunjungi hingga 9.000-10.000 pengunjung selama libur Lebaran.

"Sejak tahun lalu telah kami buka wahana permainan bekerjasama dengan PT  Taman Pelangi agar para pengunjung tidak hanya menikmati informasi museum perjuangan yang ada di Monjali. Karena ini jumlah kunjungan di Monjali ikut
naik dari 1500 hingga 2000 per hari kini mencapai di atas 8.000 per harinya," ujar Kepala Badan Pengelola Monjali Yogyakarta, Herman Josef Sutikno di Yogyakarta, Selasa (21/8).

Dengan didukung wahana 'Taman Lampion' yang berisikan kuliner khas Yogyakarta dan hiburan yang dapat dinikmati selama liburan lebaran, Herman mengungkapkan jumlah kunjungan ke Monjali naik setidaknya 4 kali lipat. Sekarang pengunjung anak-anak dihibur dengan berbagai permainan yang menarik, seperti trampolin, euro bungee, bom-bom car, safari train, rumah balon, junior jet, studio 3 dimensi dan masih banyak lagi.

"Harga tiket masuknya tetap Rp.7.500 per orang untuk di Monjali sedangkan di Taman Pelangi seharga Rp.10.000 yang baru buka pada sore hari hingga malam," katanya.

Pihaknya menargetkan tingkat kunjungan wisatawan tahun ini  250.000 yang saat ini sudah mencapai lebih dari setengah pengunjung dari target. Diharapkan selama libur Lebaran kali ini jumlah pengunjung bisa mencapai lebih dari 3000 orang per harinya  dan ditambah kunjungan ke taman lampion bisa mencapai 4.000 orang per hari. 

Sumber: Kedaulatan Rakyat

0 Comments

Pengunjung Meningkat, Candi Prambanan Siapkan 5.000 Sarung

21/8/2012

0 Comments

 
Picture
Metrotvnews.com, Yogyakarta: Para pengunjung Candi Prambanan di Yogyakarta, diwajibkan mengenakan kain sarung untuk memasuki situs bersejarah ini. Peraturan itu mulai diberlakukan tahun ini. Di hari kedua Lebaran, Senin (20/8), jumlah pengunjung candi meningkat, sehingga pihak pengelola menambah jumlah kain sarung.

Menurut Priyo Santosa, Kepala Unit Candi Prambanan, untuk mendukung program itu, pihaknya telah menyediakan tidak kurang dari 2.000 lembar sarung batik motif batu retno. Kain sarung itu dipinjamkan secara gratis kepada para pengunjung.

Jumlah pengunjung yang meningkat di hari libur Lebaran, mengakibatkan antrean panjang di depan pintu masuk candi. Priyo mengakui kunjungan wisatawan pada masa Lebaran tahun ini cukup tinggi. Karena itu sarung yang disediakan juga akan ditingkatkan hingga 5.000 lembar.

Di kawasan candi tercantik di Asia Tenggara dan juga termasuk salah satu situs yang dilindungi UNESCO ini, pengunjung juga bisa berfoto dengan tokoh-tokoh dalam Sendratari Ramayana ataupun dengan badut. Candi Prambanan memiliki tiga candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa.

Para wisatawan berkesempatan menikmati ruang-ruang candi, terutama pada Candi Wahana dan Candi Apit. Sedangkan Candi Syiwa masih tertutup untuk kunjungan. Selama masa Lebaran ini harga tiket masuk sebesar Rp20 ribu per-orang.(Agus Utantoro/DSY) 

Sumber: www.metrotvnews.com

0 Comments

Tip Top, legenda es krim asli Yogyakarta

28/7/2012

0 Comments

 
Picture
Penasaran ingin mencicipi cita rasa es krim yang melegenda di Yogyakarta? 

Saat Anda menyusuri Jalan Mangkubumi, sempatkan untuk mampir di Tip Top ice cream. Mereka yang datang ke tempat ini, baik masyarakat Yogya ataupun wisatawan yang bertandang, rata-rata memang ingin menikmati cita rasa nostalgia. 

Bayangkan saja, es krim satu ini telah beroperasi sejak sebelum kemerdekaan. Tepatnya pada kurun waktu 1936. Praktis tapak sejarah Yogyakarta pun turut mewarnai kuliner khas yang telah memasuki masa generasi ketiga ini. 

Michael Parahita selaku generasi ketiga pengelola es krim tertua di Yogyakarta ini mengatakan konsep vintage tidak hanya dihadirkan lewat variasi menu. Dari sisi menu, kedai satu ini memilih resep tradisional dari Italia. Menu yang tanpa bahan pengawet memang membuat es krim menjadi mudah mencair. “Kita memiliki sekitara 50-an item menu es krim dengan gula asli dan tanpa pemanis buatan. Unggulan kita adalah soda, fosco dan Neapolitan,” ungkap Michael Sarahita yang digadang-gadang sebagai penerus bisnis keluarga tersebut. 

Cicipi pula menu tutty frutty. Syluuuurrrp..nikmat, berupa satu slices es krim berbentuk persegi berwarna pink yang pada bagian luarnya dilapisi es krim berwarna coklat. Tekstur es krimnya agak kasar, tidak selembut es krim pabrikan. Hmm, rasa tutty frutty-nya…krenyes-krenyes rasa misis, kismis dan sukadenya begitu terasa. 

Sementara rasa manis yang menjadi unsur utama dari semua es krimnya pun pas, tanpa meninggalkan sisa rasa di kerongkongan. Aroma coklat di lapisan luar tutty frutty sangat lembut. Demikian pula aroma buah pada bagian dalamnya yang berwarna pink juga demikian lembut. 

Kedai Ice Krim Tip Top yang terletak di Jl. P. Mangkubumi 24 atau tepatnya di sisi selatan Kantor Harian Umum Kedaulatan Rakyat ini membuka kedainya mulai jam 09.30-13.30 dan 17.00-21.30 WIB. Sedangkan pada hari Minggu kedai ini tutup. 

Kedai yang berjaya pada tahun 1960-1970-an ini pada masa itu merupakan kedai yang menjadi salah satu gaya hidup kaum berpunya atau kawula muda yang ingin menikmati gaya hidup modern yang boleh dibilang mewah. Pendeknya kedai ini menjadi salah satu simbol kemodernan di masa itu. Maklum saja karena es krim merupakan santapan baru, yang mewakili gaya santap orang Eropa/Amerika yang selalu diidentikkan dengan kemodernan atau kemajuan zaman yang serba wah.

Michael mengaku sepanjang sejarah usaha per-es krim-an yang telah dirintis oleh leluhurnya tidak pernah mendapatkan kendala yang berarti. Bahkan di musim penghujan pun kedainya tetap laris oleh pembeli. Bahkan hingga kini kedai ini sering dikunjungi pelanggan-pelanggan fanatisnya. Hari Minggu maupun malam Minggu merupakan hari-hari yang sibuk bagi kedai ini karena pada hari-hari semacam itu banyak pembeli datang. Umumnya mereka adalah keluarga atau kawula muda yang tengah berpacaran atau tengah mengadakan upaya-upaya pendekatan kepada pasangan yang diincarnya (pedekate). 

Keunikan lain dari kedai es krim ini adalah jam buka tutupnya. Pastinya jangan pernah berharap mencicipi kelezatan menu es krim Tip Top yang telah berusia 74 tahun ini antara pukul 13.30-17.00. Tip Top hanya buka pukul 09.00-13.30 dan dilanjutkan kembali pukul 17.00-21.00. Hari Minggu pun dipastikan bakal tutup. 

Michael Parahita selaku pewaris generasi ketiga es mengatakan Tip Top memang masih dijalankan layaknya bisnis keluarga. Hal yang diwariskan pun tak hanya menu es krim yang hand made, akan tetapi juga keunikan-keunikan lain yang terus terpelihara. Yang pasti, tak lengkap nostalgia Anda di Jogja tanpa menikmati kuliner unik yang menjadi legenda es krim di Yogyakarta ini. Harga di kisaran 10.000-33.000.

Jl. Mangkubumi No. 24 Yogyakarta 55232
Telepon : (0274) 7111700
Handphone : 081328771700
E-mail : icecreamtiptop@yahoo.com

Sumber: www.infowisatajogja.com


0 Comments
<<Previous

    Wisata di Jogja

    Berisi tulisan seputar pariwisata di Jogja yang diambil dari berbagai sumber. Bisa menjadi acuan tujuan wisata bagi para pelancong yang sedang singgah.

    Arsip

    February 2013
    September 2012
    August 2012
    July 2012

    Kategori berita

    All
    Transportasi Jogja
    Wisata Alam
    Wisata Budaya
    Wisata Candi
    Wisata Kota
    Wisata Kuliner
    Wisata Sejarah

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.